20 Sep 2016

Make up Boleh Tapi...


 
Dikisahkan dua gadis bersaudara hidup di sebuah desa di pinggiran hutan. Walaupun dilahirkan oleh ibu yang sama tapi tabiat keduanya sangat berbeda, sang kakak pendengki dan jahat, sedangkan adiknya baik hati, penyayang dan dicintai oleh banyak orang. Sang kakak sangat iri dengan kecantikan adiknya, oleh karena itu segala upaya dia lakukan agar adiknya berubah menjadi buruk rupa, dia beranggapan Adiknya memiliki begitu banyak teman karena wajahnya yang molek.

Suatu hari iri sang kakak sudah mencapai ubun-ubun. Di malam buta, diam-diam dia menyelinap di bilik Adiknya, dengan sekali gunting, rambut indah sang adik dipotong. Keesokan harinya si Adik bangun mendapati rambut panjang yang dia rawat sejak dulu sekarang tinggal sejengkal. Gadis manis itu sangat sedih, dia berlari ke hutan, di sana dia meratapi rambutnya. Teman-teman hewan di hutan menghiburnya, mengatakan bahwa rambut akan panjang lagi seiring waktu, dia hanya perlu sabar menunggu, maka rambutnya akan kembali seperti sedia kala. Tapi gadis malang ini tetap bersedih, dia sangat malu bertemu orang-orang dengan kondisi rambut yang mirip laki-laki. Seekor hewan yang bijak memberi saran agar dia memakai kerudung. Jadilah Sang Adik sehari-hari memakai kerudung. Dengan kerudung, kecantikannya bukannya berkurang malah semakin bertambah.
 
Sang Kakak semakin dengki. Pada malam hari, saat Adiknya tidur dengan lelap, sang kakak mencukur habis alis saudarinya itu. Saat pagi datang, si Adik histeris mendapati alisnya sudah hilang. Kembali dia ke hutan menemui si hewan bijak untuk meminta nasihat, sekembalinya dari sana, sang Adik tampak semakin cantik dengan lukisan alis yang melengkung sempurna.
 
Cerita ini adalah sebuah dongeng yang saya baca puluhan tahun yang lalu, sudah lama sekali. Saking lamanya, saya sampai lupa nama tokoh utama dan hewan bijak penasihat sang Adik. Sama seperti cerita dongeng umumnya, tentu saja endingnya indah; yang baik hati dan cantik akhirnya dilamar pangeran dan hidup bahagia selamanya.

Di masa kecil saya banyak belajar dari dongeng, bahwa yang baik selalu diganjar dengan kebaikan, yang jahat selalu berakhir dengan kesedihan. Khusus dari dongeng di atas, saya belajar mengenal konsep make up pertama kali, saya jadi tahu bahwa kita bisa melakukan sesuatu untuk menutupi kekurangan di wajah. Seperti putri yang hilang alisnya, dia menutupinya dengan goresan arang yang menyerupai bentuk aslinya.
 
Saat umur memasuki remaja, saya tumbuh dengan wanti-wanti ibu “Jangan mencukur alis” disertai dengan penjelasan bahwa agama kita melarangnya, Allah melarang kita mengubah pemberianNya. Saya bersyukur Ibu mengajarkan hal tersebut, jika tidak mungkin saya akan punya jadwal rutin mencukur alis seumur hidup, karena alis saya selebat hutan, membuat saya tampak mirip pendekar saja :D
 
Pernah, lupa tahun berapa. Entah kenapa semua orang berubah menjadi keriting. Saya menduga memang itulah mode yang lagi ngehits, bintang filem semua berambut keriting. Tidak ketinggalan orang-orang di sekitar saya; dewasa, remaja, anak-anak semua berambut keriting. Saya yang berambut lurus menjadi aneh sendiri. Untung waktu itu bapak melarang keras saya ikut-ikutan mode tersebut. Memang benar, anak-anak perlu arahan orang tua, mana yang patut mana yang salah. Lagipula manalah saya tahu akan ada zaman catok rambut merajalela, di mana semua orang mendambakan rambut lurus seperti punya saya :D
 
Setelah melalui berapa puluh tahun hidup..tsaah, seperti teman-teman saya mengamati bahwa kecendrungan orang berubah mengikuti mode, kita tidak tahu mungkin hari ini semua orang mendambakan rambut lurus, besok kembali lagi seperti tahun 80an, orang-orang ingin ikal. Demikian juga dengan model rambut, make up, model alis, model baju, semua akan berubah. Apakah kita akan mengikuti mode, setia dengan gaya sekarang, atau menentang arus, semua tergantung pada pilihan masing-masing.
 
Menurut saya beruntung kita mempunyai agama, membatasi apa yang boleh apa yang tidak, Bolehlah kita make up, dandan, dan apa saja untuk menyenangkan diri sendiri atau menambah kepercayaan diri. Tapi… ada aturannya, ikuti aturan pencipta kita. Bagaimana menurut kamu?
 
Artikel ini untuk menanggapi tulisan Mak Lia di sini.

14 komentar:

  1. Sepakat mba ber make-up memang sah-sah saja,tetap ada batasannya ya...saya baru tahu kisah tentang dua kakak beradik ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini jg ceritanya baru teringat hehehe

      Hapus
  2. Saya baru tau ceritanya, Mak. Ternyata untuk menutupi kekurangan bisa ya dengan makeup. Asal tidak berlebihan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua yang berlebihan gak bagus hehehe

      Hapus
  3. Jadi ingat zaman abege dulu diajarin temannya tante yang jago make up bagaimana cara biar hidung pesek nampak mancung. Waktu itu kami sekeluarga suka di make up olehnya. Iya sih make up membuat kami menjadi beda, lebih cantik dan segar.

    BalasHapus
  4. Jadi ingat zaman abege dulu diajarin temannya tante yang jago make up bagaimana cara biar hidung pesek nampak mancung. Waktu itu kami sekeluarga suka di make up olehnya. Iya sih make up membuat kami menjadi beda, lebih cantik dan segar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu perlu secara hidungku minimalis :D

      Hapus
  5. Wah.. ada cerita kayak gitu ya? Saya taunya cuma bawang merah dan bawang putih.. harus lebih banyak baca nih..

    Ceritanya ngajarin kita juga untuk memanfaatkan yang dari alam juga ya..
    Arang mana arang *malah salah persepsi

    Hihi..

    Penasaran sama ceritanya nihh ^^

    BalasHapus
  6. Wah.. ada cerita kayak gitu ya? Saya taunya cuma bawang merah dan bawang putih.. harus lebih banyak baca nih..

    Ceritanya ngajarin kita juga untuk memanfaatkan yang dari alam juga ya..
    Arang mana arang *malah salah persepsi

    Hihi..

    Penasaran sama ceritanya nihh ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha itu keknya buat cerita aja, gak kebayang ukir alis pake arang

      Hapus
  7. kalo saya dandannya yang biasa-biasa saja dan gak aneh-aneh Mba, asal wajah terlihat segar dan gak pucat itu sudah cukup dan merasa cantik soalnya dengan kita merasa cantik maka rasa percaya diri juga akan semakin tinggi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting tidak kelihatan lusuh ya mba :)

      Hapus
  8. aku lagi suka dandan mbak, dandan ala2 cewe tomboy hehe, dandan sesuai situasi tepatnya, klo lagi kerja aku malah jarang soalnya ketemu sama bapak2 petani, kalo terlalu wah gak enak jadinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Ev sih dandan gak dandan tetep manis

      Hapus

Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis