24 Mar 2015

Review: Dengan Hati Menuju Tempat Tertinggi (Menemukan Kehidupan Tertinggi Melalui Jendela Hati)


Buku ini dibuat tahun 2001, tahun yang sama saat Ibu yang sangat dicintai penulis meninggal dunia. Suatu kebahagiaan tersendiri mengenal seorang Gede Prama, betapa beliau adalah seorang pembelajar yang luar biasa. Ketika membaca bukunya yang dibuat ditahun sebelumnya, Inovasi atau Mati, Hanya untuk mereka yang Siap Terguncang (2000), saya kurang respek dengan pemilihan kata dan kalimat seperti yang saya tulis reviewnya di Goodreads, Isi sangat menarik, tapi penyampaian yang full tanda seru membuatku memberikan hanya bintang 3 di Goodreads. Tapi membaca buku yang sedang saya review ini, saya seperti membaca buku orang yang berbeda, sangat berbeda dari cara penulisan; lebih lembut, tenang, menyejukkan. Bukankah seorang pembelajar luar biasa jika seseorang bisa berubah dari seorang yang blak-blakan, menjadi seorang yang tenang, damai hanya dalam kurun waktu satu tahun.

Mungkin saya tipe reviewer yang lebay. Beberapa kali dalam beberapa bab saya hampir berteriak …Wow, sampai pasang post it kata “Wow” segala, disalah satu point yang paling saya sukai.

*****
Banyak orang mempertentangkan beberapa ketinggian hidup. Tinggi harta tetapi rendah dalam kearifan, atau ada yang tinggi dalam kearifan tetapi rendah dalam harta. Gede Prama berbagi melalui buku ini cara meraih kedua-duanya pada saat yang sama.

Kereta bukanlah kereta sebelum ia dijalankan
Nyanyian bukanlah nyanyian sebelum ia dinyanyikan
Genta bukanlah genta sebelum ia dibunyikan
Dan
Cinta bukanlah Cinta Sebelum Ia dilaksanakan

Bagian awal buku, lebih banyak menceritakan kecintaan Gede Prama kepada Ibu, yang menurut istilahnya; karena Ibulah yang memberikan “cinta yang sudah dilaksanakan”.

Yang perlu saya note adalah, bahwa seorang Gede Prama menjadi sebesar sekarang ini karena kekuatan cinta dari Ibunya. Gede Prama memuja ibunya yang menyusuinya sampai umur 8 tahun.

Membuka Kelopak-Kelopak Bunga

Kesalahan manusia pada umumnya adalah memaksa akan mencapai sesuatu tanpa memperdulikan proses, baca “Membuka Kelopak-kelopak Bunga” hal 19 . Seperti bunga yang kelopaknya dibuka secara paksa tanpa proses tumbuh, akan merusak bunga itu sendiri. Begitulah pengandaian anak muda yang ingin merasakan kenikmatan melalui narkoba. Begitupula pengandaian para executive yang tiba-tiba hanya mau berada diposisi puncak karir dengan proses-proses yang merugikan orang lain.

Tirani-Tirani Panca Indra

Pada awalnya, memang panca indra memang diciptakan hanya sebagai jembatan yang menghubungkan kita manusia dengan alam semesta. Mulut menghubungkan kita dengan makanan. Mata membuat kita bisa melihat alam semesta. Hidung membuat kita bisa membedakan bebauan. Kulit bisa mengenali panas dan dingin, dst.

Akan tetapi dengan berkembangnya peradaban manusia, panca indra telah berfungsi melebar dari fungsi awalnya, ia menjadi kekuatan tirani yang tidak bisa dikendalikan (hal 21). Perhatikan mulut pencari kenikmatan, kendati tahu kalau makanan berlebihan bisa membunuh mereka, tetap saja tunduk pada sang mulut. Begitupula nafsu seksual, banyak yang menuruti nafsu seksual padahal tahu kegiatan selingkuh itu dilarang. Gede Prama kemudian mengajak kita mengelola panca indra kita, salah satu cara mengelola mulut, misalnya dengan berpuasa.

Matahari terbenam Tanpa Senyuman

Isinya kehidupan memang berganti dari hari ke hari, tahun ketahun. Tetapi, tidak ada matahari tenggelam hari itu yang saya biarkan tenggelam tanpa senyuman. Entah senyuman pada anak sendiri atau anak mertua. Senyuman pada orang-orang yang saya temui. Senyuman kepada kehidupan. Kenapa senyuman teramat penting dalam hidup saya, karena ia tidak hanya berguna pada orang atau makhluk yang melihat senyuman saya, ia malah lebih berguna pada pemilik senyuman. (hal 40)

Menurut Gede Prama, fungsi dasar senyuman adalah sebagai jembatan antara kita dengan orang dan makhluk lain, dan yang lebih penting lagi adalah sebagai jembatan antara kita dengan sang hati.

Tangga-Tangga Emas Kebijaksanaan

Sebagaimana mendaki tangga sebenarnya, lelah dan letih memang salah satu cirinya. Namun ada ciri penting yang ingin di bagi oleh Gede Prama, Semakin berat dan tinggi salah satu bagian tangga, semakin kita dibawa ketempat lebih tinggi dari biasanya.

Semua point diatas terangkum dalam bab "Kendaraan-kendaraan cinta menuju tempat tertinggi". Masih ada beberapa point yang akan terlalu panjang jika dirangkum semuanya disini.

*****

Keajaiaban dari rasa syukur dan keikhlasan

Manusia-manusia sebenarnya tidak pernah miskin. Miskin dan kaya sedikit kaitannya dengan tingkatan material maupun spiritual seseorang, melainkan lebih kepada seberapa baik dan seberapa bisa ia menikmati dan mensyukuri hidupnya.

Coba perhatikan cara bersyukur. Orang sehat membandingkan dirinya dengan orang sakit. Manusia yang naik motor membandingkan dirinya dengan mereka yang jalan kaki. Yang bekerja membandingkan dirinya dengan yang masih menganggur. Manusia bernafas saja bersyukur dengan membandingkan dirinya dengan orang yang diberi nafas dengan gas bantuan.

Beberapa manusia yang tidak bersyukur akan membiarkan dirinya dililit oleh nafsu keserakahan (baca: koruptor). Untuk menghindari hal tersebut, Gede Prama memberikan solusi bahwa satu-satunya cara agar keluar dari ikatan keserakahan adalah dengan belajar melupakannya. Setiap kali ia datang, tidak usah diperhatikan. Setiap keserakahan berkunjung, biarkan saja ia datang tanpa perlu disapa.

Gede Prama juga menekankan bahwa Bahasa bisa juga menjadi cermin mind seseorang. Keterbukaan dan ketertutupan mind bisa dilihat dari rangkaian Bahasa yang digunakan seseorang.

*****

Merdunya nyanyian hati dan cinta,
Dalam kerangka yang sangat sederhana, ada dua sumber joy. Joy yang bersumber dari luar, dan yang bersumber dari dalam. Keduanya memiliki ciri unik masing-masing. Kegembiraan yang berasal dari luar (jabatan, gaji, mobil, rumah dan sejenisnya) memiliki awal dan akhir. Disamping itu, ia juga mengenal siklus naik dan turun.

Kegembiraan dari dalam, adalah pengertian mendalam tentang hakikat hidup bahwa semuanya akan berlalu, rasa syukur, hidup bersama sang jiwa. Ciri kualitas inner source of joy yang mendalam adalah: tidak ada awal dan akhir. Ia juga tidak dipermainkan oleh siklus.
Penulis mendidik dirinya dan menikmati sekali kegembiraan yang kedua ini, inner source of Joy.

Para sahabat penulis heran, kok bisa Gede Prama bisa menjadi seorang CEO sebelum usia 40 tahun, berpresentasi didepan ratusan eksekutif puncak perusahaan-perusahaan mentereng, bahkan beberapa sahabat menjulukinya sufi muda. Gede Prama hanya tersenyum menanggapinya. Bukan karena tidak menghargai pujian orang lain, namun karena yakin seyakinnya, setelah naik pasti ada turun. Setelah dipuji pasti dimaki. Dan ini sudah menjadi hukum besi kehidupan setiap orang. Sekali lagi, setiap orang!. Hidup setiap orang- kalau boleh disederhanakan-hanyalah kumpulan dua hal: Gelak tawa dan air mata (hal 154).

Catatan terakhir dari buku ini, dan menjadi PR besar saya yang harus dilatih adalah memperlakukan kegembiraan dan kesedihan dengan sama mesranya.

Mungkin ada yang bertanya untuk apa semua ini dilakukan. Bukankah setelah kehidupan naik ada kehidupan menurun? Bukankah semua kehidupan diawali sebagai manusia biasa dan berakhir sebagai manusia biasa juga? Dan yang paling penting , bukankah semua kehidupan hanya berisi gelak tawa dan air mata? Sia-sia saja kalau ada orang menyalahkan sang musim. Musim manapun (termasuk air mata) pasti datang tanpa diundang ketika tiba saatnya untuk datang. Kita musti belajar memeluk gelak tawa dan air mata dengan kadar sama mesranya (hal 157)

Buku Gede Prama ditulis dengan tulisan pendek-pendek, tidak berpanjang lebar tentang satu pokok bahasan yang itu-itu juga. Buku dengan jumlah halaman 194 diisi dengan 3 bagian, yang kemudian terinci dari sub bagian sampai 35 sub bagian. Betapa padat dan ringkasnya buku ini.

4 bintang. Yang suka buku pengembangan diri, buku ini is a must.

Parepare, 24 Maret 2015
 

21 Mar 2015

Muhammad Rayyan Fawwaz (1y,9m)



Alhamdulillah tak terasa umur adek sudah 1 tahun 9 bulan. Serasa baru kemarin melahirkannya. Kali ini saya akan menulis perkembangan adek diumurnya yang sekarang.

Mengikuti perintah sederhana

Adek bisa mengikuti perintah membuang sampah, menyimpan barang yang tergeletak, atau mengambil barang yang ditunjuk. Belakangan dia bisa membuang sampah dan menyimpan pakaian kotornya atas inisiatif sendiri.

Menunjuk bagian-bagian tubuh

Adek bisa menunjuk dan mengulang nama anggota tubuhnya. “mana mata dek?” dia akan menunjuk matanya sambil menyebut “mata”. Selain mata, yang bisa adek tunjuk itu kaki, tangan, hidung, mulut, kepala, rambut, telinga. Sedangkan yang belum bisa adek tunjuk tumit, lutut, pantat, leher, perut.

Menyanyi dan bergoyang

Adek hobi sekali menyanyi, walaupun lagu yang dia nyanyikan kadang tidak jelas penyebutannya. Hampir semua lagu yang sering diputarkan atau dia dengar, bisa dia nyanyikan. Tapi lagu yang paling dia sukai adalah cicak, kasih ibu, dan lagu huruf hijaiyyah. Adek akan menyanyikan lagu sambil bergoyang, dengan goyangan yang super lucu. Kalau istilahku “goyang ngangkang Ayyan”. Badannya digoyangkan kekiri dan kekanan sambil sambil ngangkang.

Meniru

Kalau soal meniru, sepertinya adeklah professornya meniru. Apapun yang dilakukan kakaknya pasti dia tiru. Memanjat, melempar, berlari, dan melompat.

Permainan

Adek sangat suka lompat. Dia bisa melompat langsung dari kursi, ranjang, meja tanpa bantuan, dan tanpa matras atau sesuatu yang lembut tempat mendarat. Adek bisa mendarat dengan kedua kaki. Saya dan bapaknya masih sering ngeri melihatnya melakukan adegan ini. Pernah satu kali, jidatnya ikut mendarat kelantai, untungnya masih kakinya yang mendarat duluan, jadi dahinya tidak sampai benjol. Tapi itu tidak membuatnya kapok. Lama-lama adek semakin ahli saja melompat, jarang jatuh.
Adek menyukai permainan petak umpet, menyusun balok, alat-alat pertukangan, dan masak-memasak xixixi.

Oh ya, dia juga sangat menyukai mengganggu kakaknya yang lagi belajar.

Bercanda

Adek sudah bisa bercanda. Dia sudah menikmati candaaan dan akan tertawa terbahak-bahak jika dicandai. Adek juga suka meniup perutku yang mengeluarkan suara seperti bunyi kentut, dia akan ngakak setiap kali selesai dan mengulanginya sampai capek.

Adek juga suka berpura-pura marah, dia akan pergi kepojokan atau berbaring dilantai sambil melengos marah. Dia tidak tersenyum, tidak tertawa, dan memasang expresi datar, mulut terkatup. Jika salah satu dari kami mendekati, dan membujuknya “jangan marah dek” dia akan melengos ke kiri menjauhi wajah kami. Ketika dibujuk lagi, dia akan bangkit dan tersenyum lebar. Kebiasaan puura-pura marah adeklah yang paling aneh dan lucu menurutku. Ntah dari mana dia tiru hahaha.

Kemandirian

Setiap makan nasi, seperti anak seumurnya yang lain, adek masih disuapi, tapi untuk cemilan-cemilan, adek memegang makanannya dan bisa memakannya sampai habis. Adek bisa mengambil air sendiri ketika haus dan meminumnya sendiri. Dia bisa menyampaikan kalau mau pipis dan buang air besar. Walaupun pipisnya masih sering tiba-tiba keluar tanpa permisi dulu.

Menyebut Angka dan huruf

Adek bisa menyebut angka 1-10 tanpa dibantu. Menyebut huruf jika melihat huruf walaupun salah. Adek hanya mengetahui kalau itu huruf tapi tidak tahu huruf apa.

Hobi

Adek sangat menyukai kucing. Setiap melihat kucing, dia akan menunjukkan ketertarikan yang tinggi. Dia akan mengejarnya dan mencarinya sampai dapat. Adek juga senang melihat gambar-gambar kucing di internet, dan sangat suka menonton youtube dengan kata kunci “Funny cat”.

Adek suka makan cemilan yang asin dan gurih dibandingkan makan cemilan yang manis. Adek kurang menyukai coklat. Adek lebih menyukai pastel daripada donat yang full topping coklat.

Adek suka digendong. Ketika digendong, kepalanya akan dilemaskan dipundak seakan-akan sedang tertidur. Kalau kemarin-kemarin, dia sangat suka, semakin lama digendong semakin adek suka. Tapi belakangan lama gendongannya sudah berkurang, walaupun frekuensi minta digendongnya masih sama.

Film yang disukai adek adalah Masha and the Bear. Dia akan berbaring dengan tenang minum susu jika melihat film ini. Kalau sudah begini, mamanya bisa relax sebentar dan meluruskan badan.

Secara umum, perkembangan adek Alhamdulillah baik. Mudah-mudahan sehat selalu dan dilindungi Allah, SWT.

Parepare, 21 Maret 2015
Menikmati sabtu; off from work

20 Mar 2015

Kenangan Kue Te’tekan



Beberapa hari yang lalu, dikantor ada oleh-oleh kue Te’tekan yang dibawa salah seorang teman kantor dari Enrekang. Saya dan teman-teman kantor memakannya ramai-ramai. Rasanya manis, empuk, enak. Seperti rasa makanan anugrah gratis pada umumnya, selalu enak.

Ada kenangan tak terlupakan dengan kue ini, saya pernah mabok kue Te’tekan.

Waktu kuliah dulu, saya dan Eni, tante yang umurnya setahun lebih muda dari saya, memutuskan ngekos di daerah dekat kampus, supaya lebih menghemat tenaga dan ongkos transportasi. Sebelumnya kami menumpang dirumah tante didaerah yang lumayan jauh dari kampus.

Setelah beberapa lama mencari kos yang memenuhi kriteria 3 M (murah, murah, dan murah) hahaha, Alhamdulillah lucky us, dapat yang lumayan murah, aman, dan dekat pula dari kampus. Rumah berlantai dua berwarna hijau. Rumah kosnya tidak berjudul atau berlabel seperti pondokan atau kosan pada umumnya. Akhirnya saya dan teman-teman menjuluki kosan itu “Green House”. Kalau ditanya “ kamu tinggal dimana?” kami akan menjawab santai “di Green House” seakan-akan Green house itu sudah terkenal sejagat, urusan belakangan kalau mereka bertanya “ Green House yang mana yah?”.

Lantai atas Green House ditempati oleh empunya rumah, lantai duanya kemudian dibagi-bagi menjadi 4 kamar kos. Kehidupan kos-kosan ini luar biasa seru. Ketika saya dan Eni ngekos di Green House, kamar kosnya sudah penuh, penghuninya berasal dari beragam daerah; Soppeng, Enrekang, Bima, dan Ambon. Mudah-mudahan tidak lupa, kapan-kapan akan saya tulis juga keseruannya.

Kembali ke Kue Te’tekan ….

Namanya anak kos, namanya kaya itu hanya ada disaat kiriman uang datang dari kampung. Setelah beberapa hari, status kehidupan akan berubah kembali menjadi sangat sederhana. Untungnya kehidupan kami penghuni 4 kamar penuh dengan persaudaran. Apapun yang kami makan, ke 3 penghuni kamar lain juga memakannya, begitupula sebaliknya, apa yang mereka makan, kami juga memakannya. Oh indahnya..(seka air mata dulu).

Suatu hari, kami cekak berjamaah. Saya dan Eni kehabisan uang, benar-benar habis dalam artian sebenarnya. Chana, Ika, Rini, Ros juga demikian. Kak Ma’ dan Kak Sani yang berasal dari Ambon kebetulan sedang tidak dikosan. Hari itu hari ahad, kami kebingungan mau makan apa. Seandainya ada uang pembeli mie instant saja, pasti kami sudah senang. Tapi ini betul-betul tidak ada. Dompet semua orang berubah jadi kopiah, kosong melompong. Kerjaan kami cuma berpindah dari kamar yang satu ke kamar yang lain, menertawakan kondisi kami yang memprihatinkan.

Menjelang sore, Alhamdulillah datanglah penyelamat kami. Chana yang dari Enrekang mendapat kue kiriman sekantong besar Kue Te’tekan. Tapi ya cuma kue itu, mungkin belum jadwalnya Chana dikirimkan uang, ntahlah. Tapi kue inilah penyelamat kami semua. Sejak tiba sampai besoknya kami memakan Kue Te’tekan ini. Kami kemudian tetap tertawa bersama, sambil menguyah kue Tetekan yang anehnya tidak bisa habis saking banyaknya.
Ini kejadian sekitar 13 tahun yang lalu.

Sekarang…….

Chana, Ika, dan Eni berprofesi sebagai guru. Rini dan Ros mungkin juga menjadi guru di Bima. Kak Ma’ dan Kak Sani juga mungkin ada di Ambon mengabdi di daerahnya. Semuanya sudah mencapai cita-cita ketika mereka kuliah dulu, menjadi guru. Saya? Saya cukup bangga dan bersyukur dengan pencapaian terbesarku, menjadi seorang Mommy dua pujaan hatiku.

Ah kenangan…

Sepahit apapun ketika sudah berlalu, menjadi bahan cerita yang lucu, indah dan tak terlupakan.
Parepare, 19 maret 2015

18 Mar 2015

Naylah dan Mainannya

Naylah menangis sedih tidak mau pulang dari rumah sepupu. Ternyata ada mainan milik Shifa yang sangat disukai Naylah, Puzzle. Sebenarnya saya sih tahu kalau yang membuat nangis kakak adalah permainan puzzle baru Shifa, tapi karena Naylah kalau nangis dirumah orang agak-agak jaga wibawa: nangisnya ditahan-tahan, air mata saja yang meleleh deras, dan suara tangis kecil. Saya membiarkan tuan rumah mengira dia tidak sanggup berpisah dengan sepupunya yang yang baru ketemu hehehe. Padahal dia mengincar puzzelnya Shifa. Kalau Abi dan Mamanya Shifa yang baik hati tahu, bisa jadi mainan baru Shifa yang masih terbungkus plastik itu berpindah tangan ke tangan Naylah. Naylah berhenti menangis setelah Bapaknya membisiki akan membelikan Puzzle setiba di Parepare. Jadilah kami pamit dan menuju ke mobil dengan Naylah yang bermata sembab digendongan Bapaknya.

Sejak kecil Naylah memang hanya menyukai beberapa mainan. Salah satu yang paling dia suka adalah puzzle. Dia tidak suka boneka. Menyukai bola hanya sebentar, alat-alat memasak hanya sebentar, alat-alat kedokteran hanya 1 hari. Yang awet dia sukai hanya balok susun, lego, puzzle, dan aneka huruf dan angka. Waktu dia berumur 1-3 tahun bisa dibilang dia terobessi dengan segala sesuatu tentang huruf. Beberapa kali kami ajak ketoko mainan, mainan yang dipilih hanya huruf-huruf dan angka, baik yang berbentuk puzzle maupun berbentuk pieces per pieces huruf. Naylah juga paling suka tayangan Tu ti tu tentang huruf diyoutube.

Karena Naylah sangat terobsesi dengan mainan huruf, saat berumur 2 tahun 6 bulan, dia sudah menguasai semua huruf lengkap dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Yang ini murni karena permainan puzzle, notebook mainan dan you tube lho. Belum dibantu emaknya. Saat umur Naylah 3 tahunan, dia sudah bisa membaca walaupun masih mengeja "bu di" dibaca "Budi". Di umur 4 tahun, kami seakan melihat anak SD sedang membaca kalau melihat Naylah membaca buku.

Beberapa hari yang lalu Naylah juga mulai menyukai miniatur-miniatur hewannya, padahal dibeli sudah sangat lama, sekitar 2-3 tahun yang lalu. Dia mulai menyukainya, karena saya membuatkannya cerita yang seakan-akan miniatur hewannya itu yang sedang bicara. Misalnya; Singa dan gajah ngobrol kalau mereka kelaparan, kedua hewan sepakat, gajah kehutan cari makan, singa menjaga rumah…bla…bla…. Adek juga suka permainan ini. Tapi adek lebih suka versi ini; Singa sangat mengantuk, gajah berbaik hati menina bobokan singa sambil menyanyikan lagu nina bobo hahaha.
 




Akhir-akhir ini Naylah suka menggambar memakai crayon, saya meminjam buku panduan menggambar menggunakan crayon diperpustakaan lokal. Buku bagus terbitan Erlangga. Ada beberapa edisi, Naylah sudah memakai dua buku untuk latihan menggambarnya “I can draw people” dan “I can draw animal”. Dia senang, karena semua gambarnya disimpan di blog pribadi Naylah disini. Dia akan tersenyum bangga melihat gambarnya tampil diblog. Setiap kali selesai menggambar, dia akan menyerahkan gambarnya padaku untuk discan dan upload ke blognya. Beberapa gambarnya yang kusuka seperti Bajak Laut, dan gambar Aku dan Adik. Yang terakhir ini saya suka karena Naylah menggambarnya tanpa meniru gambar dibuku, dia melukiskan dirinya sebelum memotong rambut dan setelah memotong rambut.




Kekurangan terbesar anakku adalah dia tidak bisa merawat mainannya. Hampir semua mainan yang kami belikan sudah tidak ada yang utuh, huruf-hurufnya banyak yang hilang, alat masak-masak, play doh tidak bertahan 1 minggu. Puzzel yang kemarin dibeli sepulang dari kampung, sekarang sudah tidak bisa disusun lagi, bagian-bagiannya sudah banyak yang hilang. Buku apalagi, yang tersisa hanya sampul dan beberapa lembar isinya hiks. Yang masih berbentuk mainan hingga sekarang adalah boneka yang semuanya sudah bermata satu.

Tapi Alhamdulillah, Naylah sekarang sebentar lagi berulang tahun yang kelima, dia sudah mengerti bahwa rapi itu baik dan Indah dipandang. Saya membuat pojokan tempat mainan sederhana dikamarnya, jika suasana hatinya sedang tidak buruk, dia akan menyimpan mainannya dengan suka rela. Menyusun mainannya ditempat semestinya. Walaupun tentu saja, setiap kali selesai disimpan, ada ritual melapor supaya dipuji hahaha.

Parepare, 18 Maret 2015
Rabu subuh, saat stock air PDAM dirumah menipis

17 Mar 2015

Ibu dan Tetangganya


Setiap kali mengingat ibu hati pasti mengharu biru. Kali ini kenangan ibu yang sangat baik pada tetangganya.

Nak, Engkatue Fetta Kali sibawa Wa’ Sia

Dalam Bahasa Indonesia kira-kira artinya begini “ Nak, saya titip Petta Kali dan Wa’ Sia
Ketika akan meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu, Ibu tidak mengatakan saya harus menjaga adik-adikku atau beliau tidak menyuruhku memperhatikan Bapakku. Tapi beliau menyebut tetangga kami.

Wa’ Sia adalah seorang Nenek tua yang membantu kami sejak lama. Wa’ Sia seorang janda beranak tiga yang ditinggal mati suaminya. Beliau tinggal diseberang jalan, masuk lorong beberapa meter lagi. Tapi jika menghitung angka 40 rumah dalam mendefinisikan kata “tetangga”, Wa’ Sia masih terhitung tetangga kami. Beliau sering datang kerumah kami, hampir tiap hari. Ada-ada saja bantuannya. Dia yang membantu Ibu menjaga adik ketika ibu mengajar disebuah sekolah menengah pertama di dusun sebelah. Mungkin karena merasa terbantu dengan hasil kebun yang dipercayakan padanya. Wa Sia selalu ada saat kami butuhkan. Dia selalu ada disetiap acara-acara yang membutuhkan tenaga, dia selalu ada membantu kami mencuci piring, dan menggosok panci-panci kotor. Setiap menjelang lebaran, ibuku tidak pernah membuat ketupat atau burasa seperti kebiasaan Ibu-ibu lain sehari sebelum hari raya, burasa selalu disediakan oleh Wa’ Sia yang baik hati. Ibuku selalu hormat kepada Wa’ Sia , tidak sekalipun pernah kudengar beliau mengucapkan kalimat-kalimat kasar atau jahat kepada tetangganya itu.

Ketika ibuku meninggal dunia, Wa’ Sia lah orang yang paling terisak keras ketika kusebut wasiat terakhir Ibu untuk memperhatikannya. Beberapa tahun setelah Ibuku meninggal, Wa’ Sia sakit keras beberapa lama. Menurut anaknya dia selalu menyebut-nyebut nama Mia, adikku yang dijaganya dulu sewaktu kecil. Wa’ Sia meninggal tenang sehari setelah ketemu Mia.

Orang kedua yang disebut diwasiat Ibu adalah Petta Kali. Petta Kali adalah seorang Kakek yang tinggal bersama anak menantunya pas di seberang jalan depan rumah. Dia dan istrinya memiliki warung kelontong kecil didepan rumah anaknya. Bisa dipastikan dia akan ada dirumah setiap hari, kalau bukan pagi, siang, sore atau malam. Biasanya disaat-saat selesai sholat berjamaah dimesjid samping rumah kami. Dia orang yang diberi tugas melakukan iqamat atau mengganti tugas imam masjid jika imam mesjidnya berhalangan kemesjid. Petta Kali suka ngobrol, dia akan mampir ngobrol dengan siapa saja yang dia lihat sedang duduk santai diteras rumah kami. Jika sedang liburan kuliah dikampung, setiap hari saya ngobrol dengan Petta Kali. Ada-ada saja obrolan kami, kadang-kadang tentang keadaan dikampung, atau mengomentari gossip terakhir orang-orang yang lewat depan rumah hahahaha. Setelah Ibu meninggal, dialah yang menyuruh kami agar segera memperbaiki pusara ibu. Kelak, dia juga yang sempatkan menghadiri pernikahanku yang dilangsungkan dikota lain, saat salah seorang kerabatnya meninggal dunia. Petta Kali juga sudah meninggal dunia, karena sakit. Sayangnya pemakaman kedua orang yang dititipkan Ibu tidak sempat kuhadiri. Anak-anak mereka tidak mengabari.

Ibu memang baik kepada para tetangganya. Beliau tidak pernah berselisih dengan tetangga. Tetangga kami samping rumah, salah seorang penghuninya juga seorang janda, jika kami keluar kota, kadang-kadang Ibu teringat tetangga kami itu, dia membelikannya sesuatu walaupun bukan sesuatu yang mahal. Ibu juga sering meminjamkan beras kepada tetangga yang membutuhkan. Walaupun kami juga bukan orang kaya, tapi Alhamdulillah belum pernah terjadi, kami tidak mempunyai stok beras.

Tidak terasa Ibu sudah meninggal sudah sepuluh tahun. Wajah ibu yang cemas ketika kami sakit masih terbayang jelas diingatanku. Hati masih ngilu-ngilu jika mengingat beliau yang meninggalkan kami begitu cepat. Semoga terhampar pemandangan surga yang hijau dan harum dikuburan Ibu, karena Ibu sangat baik kepada tetangganya. Al Fatihah buat Suharti binti Abu Haseng.

3 Mar 2015

Review : Perempuan di Rantai Kekerasan



Buku ini berisi sepuluh cerita pendek dari sepuluh finalis lomba KISAH 2007. Seluruh kisah berdasarkan kisah nyata dari pelakunya yang sebagian adalah penulis sendiri ataupun narasumber. Bab pertama berisi kisah dari pemenang pertama, “Aku Memilih Bahagia”. Namanya pemenang pastinya telah melalui seleksi yang ketat, dan memang benar kisahnya menyentuh. Ummi kalsum yang menceritakan masa kecilnya yang penuh dengan kekerasan dari Bapak, dan dibiarkan oleh ibunya.

Karena satu dan lain hal, aku menjadi gadis kecil yang sangat perasa, juga tumbuh serba minder. Sebabnya begini: dari kecil Ibu sering bilang “Waktu kamu lahir, saya nangis. Karena tubuhmu biru dan parasmu jelek”. Tanpa diberi informasi itu akupun sadar parasku lain dari pada yang lain. Membuatku bertanya-tanya. Kalau Bapak Marah kepadaku dia membentak, “Dasar Sokari! Kenapa sih parasmu kok jelek sendiri!” Sokari itu sepupu Bapak yang memang berparas buruk. Waktu Ibu mengandungku, konon Bapak sering menyumpah-nyumpah sepupunya itu. Akhirnya jika bertengkar denganku, saudara-saudarakupun lambat laun mengatai “Sokari!” dan Ibu melengkapi celaan itu dengan mengatakan “Saya mungut kamu di tempat sampah, makanya kamu jadi begini…” (Perempuan di rantai Kekerasan, Hal 4).

*****
Yang membuatku menangis sepanjang membaca cerita adalah kisah nyata pemenang ketiga. “Bejana Hidupku” seorang putri Yogyakarta yang cantik, manis, lembut sopan, yang masa kecilnya penuh kekerasan dari Bapak. Untungnya dia memiliki ibu yang baik hati dan teman imajiner yang dia panggil Malaikat “Mal”. Roro S. Wringinsari bercerita dengan gaya bertutur dari sudut pandang anak kecil yang dianiaya benar-benar membuatku menangis keras, pakai suara pula hehehe. Benar-benar menangis, seperti menangis setelah putus cinta, lengkap dengan tumpukan tissue bekas disampingku.

*****
Dari cerita-cerita dibuku ini, saya belajar bahwa para pelaku kekerasan yang tega melakukan kekerasan fisik dan mental kepada anak istrinya adalah orang-orang yang masa kecilnya juga mengalami hal yang sama ; menyaksikan ibunya disiksa dan dicambuk oleh Bapaknya, menjadi korban kekerasan dari Bapaknya sendiri. Menjadi seorang pelaku kekerasan akan membuat lingkaran setan bagi dirinya sendiri, turun-temurun keturunan akan meniru secara sadar atau tidak sadar apa yang menjadi trauma dimasa kecilnya.

Beruntunglah istri-istri yang mendapatkan suami yang tumbuh dari keluarga yang harmonis, yang dibesarkan penuh cinta kasih oleh Ibu Bapaknya. Suami-suami yang berasal dari keluarga harmonis hampir bisa dipastikan tidak akan tega melakukan kekerasan kepada istri dan anaknya. Benarlah petuah orang tua, jika memilih suami atau istri, lihatlah juga asal muasalnya, lihatlah dulu keluarganya.