10 Jul 2018

Monster Mama

Segala hal di dunia ini sudah diciptakan berpasangan. Ada siang ada malam, ada suami ada istri, ada terang ada gelap. Sama halnya hari, ada yang menyenangkan ada hari buruk. 

Setiap orang punya hari yang buruk kan? Entah kamu periang atau moody. Pastilah punya hari buruk. Entah sehari dalam sepekan, sehari dalam sebulan, sehari dalam setahun, pasti akan ada hari dimana terasa lebih berat dari biasanya. Kecuali kamu bukan manusia, tapi malaikat periang :p

Dan inilah hari buruk itu. Saya tergolek dari pagi menjelang siang, jika tidak sedang berbaring, saya ada di WC menuntaskan yang tak kunjung tuntas. Kepala juga terasa pening, saya menduga hormon sedang bergejolak, sebentar lagi tamu bulanan datang.

So, sumbu kompor sedang pendek, sekali disulut akan terbakar!

Kakak Naylah baru tiba dari warung membeli shampo sachet. Seperti biasa imbalannya dia boleh membeli kue yang dia sukai. Pulang ke rumah, si kakak membawa shampo Pantene 4 sachet, 1 bungkus Oreo dan 1 bungkus Biskuit Better.

“Ini untuk Adek” Kakak menyodorkan Biskuit Better ke Adeknya.
“Ini untuk Kakak” tangan kanannya segera menyembunyikan Oreo.

Serta merta Adek melempar Biskuit Better yang baru saja dia terima.

Tak berhitung menit, kepalaku langsung berasap..

“Sudah Mama bilang, jangan pernah melempar makanan!” paha kanannya kucubit dengan keras. Adek bertahan dengan posisi melawan sambil mengeram marah, tidak menangis. Saya makin tertantang, lalu mencubitnya lebih keras. Barulah dia meraung menangis, marah.

Karena Adek belum mandi, saya memutuskan membuka baju dan memandikannya dengan kasar. Memakaikan baju ganti, dengan tak hentinya mengomel.

Tidak usah saya menceritakan bagaimana lagak dia marah sambil menangis. Saya pun ogah benar membujuknya. Asma, yang tugasnya bantu-bantu di rumah, berusaha mendekati Adek yang sudah mengurung diri di kamar.

“Jangan dibujuk!” kataku

Asma mundur teratur ke dapur, melanjutkan kegiatan cuci piringnya.

Apa yang harus saya lakukan jika sudah terlanjur naik pitam dan marah ke anak?

Terus terang saya bingung sendiri. Kalau saya membujuk, percuma dong buang energi memarahinya tadi. Nanti Adek pikir pula bahwa melempar barang itu boleh. Saya lalu mencari tahu di Google, bukannya mendapatkan tips menghadapi anak yang sudah dihukum, malah muncul artikel-artikel parenting yang pada intinya melarang menghukum anak dengan kekerasan. Hukuman yang diberikan kepada anak seharusnya memiliki nilai-nilai positif. Kekerasan dan ancaman hanya akan menimbulkan trauma pada anak.

Saya mendekati Adek yang duduk di pojok, biskuit yang tadi dia remukkan sudah dia gunting bungkusnya dan sedang dimakan.

“Adek, tahu nak kenapa Mama marah?”

“Barangkali Mama dimasuki setan!” katanya sambil melengos.

Saya tertegun, bukan barangkali lagi nak, memang iya.

“Mama tidak suka Adek lempar barang, apalagi ini makanan. Adek boleh marah tapi jangan lempar-lempar begitu!”

Tadi, sewaktu kepala ini masih memanas, saya mengancamnya akan mencubit keras setiap kali melempar barang, sekarang saya merevisinya.

“Kalau Adek lempar-lempar lagi, satu hari tidak boleh nonton TV !”

Dia protes. Saya mengulang kalimat itu berulangkali, dan akhirnya dia menyetujui. Kami lalu berpelukan lagi.

Begitulah, hari ini saya menjadi monster, sungguh saya menyesal telah mencubit anak, dan sudah memandikannya dengan kasar.

Masih terngiang kalimat Adek tadi...

“Kenapa Mama kasih begitu Adek, Adek tidak pernah kasih begitu Mama, kenapa orang dewasa boleh mencubit anaknya, anaknya tidak boleh mencubit orang dewasa?”

Walaupun kami berpelukan 30 menit kemudian, saling mengelus pipi dan saling mencium. Mungkin kejadian tadi akan lama dikenang oleh anak saya yang baru berumur 5 tahun ini.

Selasa, 10 Juli 2018