23 Feb 2016

Piramida Perasaan



Piramida-perasaan
"Piramida Perasaan"

Piramida Perasaan

“ Kebahagiaan dan kesedihan itu berbentuk piramida” kata seorang teman.

Dia menggambar sebuah piramida sederhana pada sobekan kertas yang berhasil diraihnya, terselip di antara tumpukan buku-buku tebal berserakan di lantai.

“Ketika kebahagianmu terasa sangat besar, ada kesedihan yang sama besar di baliknya”

“hah?” Ini kali pertama saya mendengar ide itu.

“ Iya, begitu pula sebaliknya, ketika kamu sedih, ada kebahagiaan setelahnya”

“jadi maunya gimana? Saya tidak boleh bahagia? Supaya besok tidak sedih?!”

Serem juga merasa bahagia pikirku. Semakin saya bergembira, ada kesedihan yang sama besarnya mengintai. Alamak!

Dia memandang saya setengah putus asa, mungkin pikirnya beginilah kalau dua pemilik otak beda level mengobrol.

“ya bukan begitu, kalau kamu ketimpa kemalangan, jangan terlalu sedih, kalau sedang bahagia jangan terlalu senang”

“baiknya gimana?” sampai detik itu saya benar-benar belum paham.

Saya pandangi dia dengan tatapan mendesak. Seorang teman kurus kerempeng. Dia tipe orang yang melahap buku lebih rakus dibandingkan melahap makanan, lebih haus ilmu daripada air. Bukunya menggunung tapi pakaiannya bisa dihitung jari.

“ya bersikap biasa-biasa sajalah” kata dia kalem.

Ketika saya merasa terlalu sedih, saya sering bersyukur, masih mengingat percakapan ini.

Parepare, 23 02 2016
Nur Islah

15 Feb 2016

Terima Kasih Mas Penjual Bubur Ayam


“Mas, satu ya” kata seorang ibu yang baru saja turun dari mobilnya.
 
Dengan cekatan, Mas penjual bubur mengambil kotak Styrofoam, dasar kotak sudah dilapisi plastik bening. Beberapa sendok bubur berpindah ke dalam kotak. Bubur nasi yang masih mengepul itu kemudian ditaburi ayam suir, bawang goreng, kacang goreng dan cacahan seledri. Tak lupa si Mas menambahkan telur rebus, sebungkus sambel dan kerupuk di kantongan plastik yang akan dijinjing pelanggan pulang.
 
“10 ribu mba” kata si mas sambil menyerahkan kantongan berisi bubur ke ibu tadi.
 
Tak lama kemudian, tiba seorang ibu berperawakan langsing menghampiri si mas, rupanya dia adalah salah seorang langganan, pesanan tak perlu disebut lagi, Mas penjual bubur sudah hapal; setengah porsi bubur tanpa daun seledri, tanpa daging ayam, tapi pakai potongan hati.
 
Begitulah, baru juga beberapa menit saya di situ, tapi tak henti-henti pembeli datang.
 
“Rame ya mas?”
 
“lumayan mba”
 
“Segini banyak habis jam berapa?" tanyaku sambil menunjuk panci bubur yang lumayan besar.
 
“kalo lagi rame jam 10, kalo lagi sepi jam 12 mba” kata si Mas sambil mempersiapkan kotak bubur pesananku.
 
“Sebentar juga ya, omzet berapa nih?”

“lumayan mba” katanya sambil tersenyum.
 
“sejuta?” pancingku asal sebut.
 
“iyaa mba, kadang-kadang lebih”
 
Glek….
 
“Mas sudah jualan berapa lama?”
 
“Baru 8 bulan mba”
 
Wah hebat juga pikirku.

Terima-kasih-Mass-Market-Penjual-Bubur-Ayam
Kerja sebentar tapi penghasilan banyak
Setengah bahkan bisa dibilang cuma seperempat hari jualan, mas ini menghasilkan sejuta perhari. Dengan anggapan laba bersihnya ada setengah saja, si Mas tetap saya daulat sebagai orang kaya, kaya waktu dan materi. Coba bayangkan, setelah pukul 12 siang, dia bisa pulang ke rumah dan istirahat sampai malam, dan memulai membuat buburnya kembali di subuh hari. Dengan perkiraan penghasilan bersih sehari Rp.500.000, berarti dalam 30 hari, si Mas bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 15jt…Wow!
 
Mas penjual bubur ayam dan pedagang makanan di pagi hari adalah orang yang sangat berjasa bagi pencari sarapan. Langganan Mas penjual bubur adalah pekerja-pekerja kantoran, yang tidak sempat memasak sendiri di rumah. Saya termasuk yang sering beli buburnya, selain lokasi jualannya dekat dari rumah, gerobaknya bersih, buburnya tidak cepat mencair, enak, dan harganya terjangkau.
 
Sebagai seorang ibu yang juga bekerja di luar rumah, kegiatan di pagi hari adalah kegiatan paling sibuk dan menegangkan. Kesibukan dimulai dengan membangunkan anak-anak, memandikan mereka, memastikan mereka sarapan, dan mengantar ke sekolah. Ini dikerjakan sambil mempersiapkan diri juga untuk berangkat ke kantor. Terasa menegangkan, karena jarum jam terasa semakin cepat saja berputar, kami berpacu dengan waktu agar semua anggota keluarga tidak terlambat. Walhasil, kesempatan untuk sarapan di rumah tidak ada. Makanya penjaja makanan di pagi hari menjadi dewa penolong.
 
Pelaku usaha mikro semacam ini banyak bertebaran di sepanjang jalan, mulai dari penjual nasi kuning, bubur kacang hijau, bubur ayam, aneka kue, roti, dll. Disebut usaha mikro karena modal usaha mereka tidak lebih Rp.50juta.

Bank BTPN adalah salah satu bank yang sangat peduli dengan pelaku mass market Indonesia. Dengan menabung di bank BTPN berarti kita turut memberdayakan usaha mikro dan pelaku UMKM dalam meningkatkan kapasitas mereka melalui pinjaman dana dan berbagai pelatihan melalui program daya. Bahkan misi mulia Bank BTPN ini juga mencakup membantu pemberdayaaan masa pensiun bagi pensiunan karyawan swasta dan pegawai Negeri. Uniknya sebelum menabung di bank BTPN kita bisa melakukan simulasi dulu di web resmi bank BTPN.
 
Anggaplah pengusaha seperti si Mas penjual bubur ayam ingin mempersiapkan kesejahteraan masa tuanya atau ingin menyimpan uang untuk modal memperbesar usaha. Dengan menyisihkan uang sebanyak 2.500.000 per bulan, dalam jangka 5 tahun uangnya bisa berkembang menjadi Rp. 170.885.649. Jika angka 2,5 jt dianggap berat, jangan khawatir, pilihan jumlah setoran dan lama menabung bisa dengan leluasa disimulasi sesuai dengan kemampuan dan keinginan nasabah, dengan syarat tenornya diatas 6 bulan dan tidak melebihi 10 tahun. Bagusnya lagi, sebagai pedagang kecil yang pendapatannya tidak menentu, tanggal setorannya cukup flexible dan bisa dilakukan penambahan setoran sewaktu-waktu.
 
Jika tertarik menabung di Bank BTPN, ini dia langkah-langkah melakukan simulasi:
 Terima-kasih-Mass-Market-Penjual-Bubur-Ayam
 
 
Terima-kasih-Mass-Market-Penjual-Bubur-Ayam
 
Terima-kasih-Mass-Market-Penjual-Bubur-Ayam
Bisa konek lewat FB atau Manual dengan memasukkan alamat email
Terima-kasih-Mass-Market-Penjual-Bubur-Ayam
Simulasi setoran 2.5jt per bulan dengan tenor 5 tahun


Mudah kan?
 
Mudah-mudahan semakin banyak instansi serupa Bank BTPN yang peduli dengan Mass market Indonesia. Dengan bantuan dana dan pelatihan, taraf hidup pelaku usaha kecil dapat semakin meningkat, perekonomian Indonesia bisa semakin maju, penggangguran semakin rendah, dan tidak ada lagi yang keluar negeri hanya untuk menjadi pembantu. Karena di negeri sendiri mereka bisa makmur kok, setuju?

11 Feb 2016

Ketika Anak Bingung : He or She

Ketika-anak-bingung

Ketika Anak Bingung : He or She. Suatu hari Pap Nay ke pasar ditemani Naylah. Pasar ini kecil, biasanya buka dari pagi sampai sore. Penjual yang buka lapak pun tidak begitu banyak, sayur mayur dan ikan yang terjual di sini juga tidak begitu segar. Kami ke pasar ini dalam keadaan terpaksa saja, kalau ada bahan belanja terlupa atau memang lagi butuh mendadak sesuatu.

Seorang pedagang yang biasanya jadi pilihan kami adalah seorang waria. Karena jualannya terbilang lebih bagus dibandingkan yang lain. Tingkat kewariaan orang ini sudah 80 persen; bibir merah, wajah berdempul bedak, dan kepala berhias bando. Lagak dan omongan mendayu-dayu, dengan kadar lebay yang lumayan. Tampak fisiknya menyisakan 20 persen pria, dilihat dari postur badannya yang tidak seksi, dari rambutnya yang masih pendek, dadanya yang rata, dan suaranya yang masih lebih berat, dan jakun masih menempel di lehernya.

Selagi Pap Nay asyik memilih-milih ikan, diam-diam Naylah memperhatikan waria itu.

Transaksi ikan selesai.

Pap Nay mengajak Naylah pulang.

Tiba di rumah Pap Nay berkata…

“ Anakmu Ma, bisa-bisa bikin saya dipukul orang”

“Memangnya kenapa?”

“Belum juga berapa langkah kami tinggalkan penjual ikan, Naylah bertanya dengan suara keras… Pa, itu tadi Laki-laki atau perempuan?”

Tawa kami meledak.
 
Parepare, 11 02 2016