30 Jun 2011

Gundulnya Pohon Kami

Pohon mangga depan rumah kami walaupun sudah kelihatan tua tapi berdaun sangat lebat, walaupun halaman disapu 2 kali sehari, tetap saja daunnya bertebaran dihalaman. Kalau halaman sendiri sih tidak apa-apa, tapi daun keringnya jatuh juga dihalaman tetangga. Karena capek menyapu dan tidak enak hati dengan tetangga, dipanggilah orang untuk memangkas pohon itu. Kami tidak tebang, karena gini-gini masih mendukung “Go Green”, sayang kan kalau pohon sebesar itu kalau ditebang.

Setelah ditebang memang halaman jadi bersih, tapi jika siang hari, halaman kami jadi panas sekali. Kalau dulunya kami bisa duduk  santai dibawah pohon berteduh, sekarang menginjak teras disiang haripun kami enggan.

Aku lebih menyukai ketika dulu ada pohonnya. Sepertinya harus menunggu beberapa bulan lagi pohon itu berdaun kembali

24 Jun 2011

23 Jun 2011

Ketika hidup terasa hampa

Ketika hidup terasa hampa, semangat tak ada hati nelangsa
Terasa hidup didunia tiada guna, hanya menyusahkan saja

Ketika hidup terasa hampa, mengutuk diri sudahlah biasa
Makan dan minum ritual saja, semangat hilanglah sudah

Ketika hidup terasa hampa, harap bahagia dari luar diri harusnya salah
Tapi itulah yang terjadi bagi si hampa
Hatinya kosong, jarang bahagia

Ketika hidup terasa hampa, tidur tiada nyenyak
Makan tiada lahap, dia bercanda jangan diharap

Ketika hidup terasa hampa, mati takut hidup segan
Jiwa geram, hati merana

Ketika hati terasa hampa, dekatlah ke sang pencipta
Dukungan dan cinta  juga sangatlah berguna
Mengisi kekosongan sumber derita


Created by Nur Islah

21 Jun 2011

Help me find my first favorite book

Aku gemar membaca fiksi sejak kecil, jika liburan sekolah akan tiba, aku akan ikut Ibu ke sekolah tempat mengajarnya. Ibu mengajar Bahasa Inggris di salah satu SMP dikota kami. Buku yang kupinjam sangat banyak, cukup untuk stok liburan  1 minggu.

Sangat jelas diingatanku, buku pertama yang membuatku menangis adalah buku kumpulan cerpen berjudul “ IBU”. Waktu itu umurku sekitar 7 atau 8 tahun. Aku lupa ceritanya bagaimana dan pengarangnya siapa yang aku ingat, sampulnya berwarna hitam dan air mataku keluar deras sekali setelah membaca salah satu cerpennya.

Aku sangat ingin membaca buku itu lagi, Tapi googling dengan menggunakan kata kunci “Cerpen Ibu “  seperti mencari jarum dalam jerami, sangat banyak muncul cerpen-cerpen jaman sekarang yang berjudul Ibu yang muncul didaftar pencaharian.

Jika teman-teman mengetahui buku yang aku maksud, tolong infonya ya J

20 Jun 2011

Monopoli ikan...monopoli memang ada dimana-mana

Teman kami dari Selayar datang ke Parepare untuk jalan-jalan sekalian melihat peluang bisnis. Teman ini nginap satu malam di rumah. Dia menceritakan kisah suksesnya menjadi pedagang ikan.

Awal cerita, teman kami ini membeli ikan baronang langsung dari nelayan yang baru datang dari melaut dengan harga Rp.5.000/per ekor di kampung halamannya, Selayar. Kemudian rental mobil ke Makassar. Di Makassar, dia menjual ikannya dipasar seharga Rp.10.000,-/Ekor, ikannya langsung diserbu pembeli karena ikan baronang dipasaran dijual Rp. 14.000/ekor. Teman kami juga meng-drop dagangannya ke restoran-restoran, dan tentu saja pemilik restoran dengan senang hati menerima ikan segar dengan harga lebih murah dari pasaran. Hebatnya lagi pemilik restoran bersedia akan membeli berapapun ikan yang dia bawa untuk penjualan berikutnya.

Menurut pengakuan teman kami, sekali berangkat dengan membawa ikan 12 Dos, dia bisa pulang membawa keuntungan bersih Rp. 9.000.000,-…Wow!!

Kisah teman ini menginsipirasi kami untuk menjadi pengepul ikan juga. Pada minggu subuh kemarin saya dan Papanya Naylah ke Lelong, semacam pusat berkumpulnya para nelayan. Ternyata semua nelayan sudah menjual ikan-ikannya pada seseorang yang disebut bos. Pembeli biasa tidak boleh membeli langsung pada nelayan. Aku terkejut juga melihat perbedaan harga antara harga nelayan dengan harga jual si Bos. Cumi ukuran besar yang tadinya dijual Rp. 1.100/ekor oleh nelayan, dijual kembali oleh si bos dengan harga Rp. 6.000/ekor, padahal jarak antara nelayan dan bos hanya 2 meter.

Aku sempat ngobrol dengan salah satu nelayan, dia bilang bahwa nelayan tidak berani menjual ikan kepada orang lain kecuali kepada si bos. Jadi si bos ini memonopoli semua ikan untuk dijual kembali. Kami akhirnya pulang ke rumah dengan harapan menjadi pengepul ikan yang mulai terkikis.

Ini gambar yang sempat diambil di Lelong:



Semua ikan yang ada digambar adalah milik si BOS...ah monopoli memang ada dimana-mana.

Wah…Kamu gemuk sekali!!!!

Setelah lewat beberapa tahun, baru, saja ketemu Jun, teman kantor tapi beda lokasi. Walaupun hanya dipisahkan jarak 4 jam perjalanan, kami jarang ketemu.

Dan kalimat pertama yang dia sebut..”Wah kamu gemuk sekali!!!”. Aku berteriak histeris waktu dia tambahin kalimat “sampai saya tidak bisa kenali”. Oh my god! This is a disaster. Mungkin ada beberapa yang jujur kalau berat badanku memang bertambah, tapi kalau sampai hampir tidak bisa mengenali, ini betul-betul BENCANA.

Aku jadi nelangsa, memikirkan kalimat itu beberapa waktu dengan gerah. Aku selalu mengkambinghitamkan alasan habis melahirkan, tapi itu seharusnya bukan alasan. Lihatlah Bu Dyah, sudah melahirkan 2 orang anak, tapi badan tidak melar.

Bukannya aku tidak berusaha lho, hanya saja usahanya kurang maksimal. 2 Minggu lalu aku taruhan jalan kaki dari kantor ke rumah dengan teman kantor, jaraknya lumayan bikin kaki pegal, 2 km. dan aku yang memenangkan taruhan itu, aku bisa jalan kaki dari kantor ke rumah 2 minggu berturut-turut, tapi ya ampun..kok berat badan bukannya turun, malah naik dan bikin teman hampir tidak bisa mengenali. Baru sadar ternyata habis jalan kaki, aku makan malam dengan kalap karena kecapaian.

Sampai tulisan ini selesai hatiku masih nelangsa!! I have no idea any more to be slim

15 Jun 2011

Hurry up Papa!!

Bu Tia libur kerja dari Sabtu sampai senin, karena menghadiri pernikahan adiknya di Toraja. Terpaksa Naylah dibawa ke kantor sama Papanya setengah hari. Tas kuningnya sudah kuisi susu, biscuit dan tissue. Setelah didandani, belum apa-apa dia sudah mau berangkat duluan, padahal yang mau kasih ikut belum siap.  Begini nih tampangnya kalau keinginan tidak terpenuhi…
Aduh tasnya berattttttttt !!!


Hurry up Papa!!!


10 Jun 2011

I Love this City !!

Sejak tahun 2005 sampai sekarang aku kerja disebuah kota kecil di Sulawesi Selatan bernama Parepare. 

Parepare merupakan kota yang mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah perdagangan. Termasuk kota kecil karena luas daerahnya tidak seluas kabupaten lain di Sulawesi Selatan.

Aku tidak akan membahas mengenai Kota Parepare seperti bahasan di web resmi kota Parepare. Aku hanya ingin bilang bahwa “ I love this city”

Walaupun Parepare bukan kampung halamanku, tapi bisa dibilang Parepare adalah kampung halaman ke-2ku, betapa tidak…aku sudah menghabiskan kurang lebih 6 tahun hidupku di kota ini.

Berikut beberapa alasan kenapa aku menyukai kota ini:

  • Jauh dari macet. Inilah alasan utamanya, aku berangkat ke kantor jam 07.55 pun tidak akan terlambat, dijamin tidak ada kemacetan. Sangat jauh berbeda dengan lalu-lintas kota besar seperti Makassar.
         
  • Hasil laut melimpah. Dulunya aku tidak suka makan ikan, makanan laut yang paling kugemari hanya udang dan kepiting. Mungkin karena aku tidak tahu memilih ikan segar. Tapi sejak menikah dengan Papanya Naylah, I love fish so much…suamiku bisa memilih ikan yang paling segar tanpa menyentuhnya!!! Dan Parepare adalah gudangnya ikan.         
        
  • Ada pantainya (of course… ada lautnya gitu lho hehehe), aku lebih suka jika main di pantai dibandingkan di waterboom, pantai airnya lebih hangat , dan konon berendam dilaut lebih menyehatkan. 

  • Alun-alun kotanya dipenuhi orang-orang yang berolahraga, tidak semua kota penduduknya suka berolahraga lho, believe me…aku sudah melihat banyak kota kecil yang lapangan olah raganya kosong melompong.
  • Ada tempat makan bakso yang enak dan seng ada lawang di Patung Pemuda..

  • Ada tempat belanja bulanan yang murah “Toko Cahaya Ujung
  • Ada Mantau-nya Toko Sinar Terang yang terkenal seantero jagad :-p
  • Walaupun kotanya Dati II, ada planet poolnya juga lho


Dan masih banyak lagi alasan kenapa aku menyukai kota ini. Kapan-kapan akan aku tambahkan lagi listnya kalau sudah ingat hehehe

7 Jun 2011

Bunda kerja di rumah tak selalu indah

Iklan-iklan bisnis “Bunda bekerja dirumah” yang ramai di internet membuatku berhayal sangat indah. Alangkah indahnya bisa bekerja di rumah sambil mengasuh anak. Pasti menyenangkan punya banyak waktu bermain dengan buah hati, tidak perlu lagi pergi pagi pulang malam karena bekerja kantoran. Dan akupun bertekad…AKU HARUS PUNYA BISNIS ONLINE!!!
Setelah googling lumayan lama, telpon sana-sini buat nentuin supplier terbaik, akhirnya dibuatlah Naylahomeshop dalam bentuk fanspage difacebook dengan produk awal gamis Dzafeera. Nah…disinilah khayalan indahku tentang “bunda berbahagia yang kerja di rumah” mulai pudar. Betapa tidak, ketika pulang kantor makan siang, aku akan duduk manis depan laptop mengutak-atik toko onlineku, anakku merengek minta digendong tapi tidak kuhiraukan, suami makan siang tetap kutemani tapi tetap sambil online. Malam hari tiba, aku pulang dari kantor, gendong anakku sebentar, main sebentar, makan malam sebentar, trus buka laptop, mulai lagi onlinenya.
Belum selesai sampai disitu, week end yang dinanti-nanti tiba. Biasanya kami keluar jalan-jalan pagi dilapangan atau dipinggir pantai, sore haripun kami kadang-kadang keliling kota atau maen dipantai bertiga. Tapi kali ini tidak, aku seharian dirumah, tapi walaupun aku di rumah, aku tidak sempat masak, tidak sempat buat pudding kesukaan Naylah. Alasannya tak lain dan tak bukan karena “online”.
Magrib tiba, aku sadar belum sempat mandi pagi…aku ngomong ke Papa “begini nih kayaknya toke-toke pemilik toko kelongtong, gak sempat pake baju yang pantas, jaga toko sambil pake singlet yang mulai gak ketahuan dulunya warna putih” kami ngakak bersama.
Tapi, sepertinya memang harus ada pengorbanan setiap memulai usaha. Aku akan berusaha mengatur waktu dan melakukan yang terbaik…be a good mom, a good wife and entrepreneur.

Mental Wirausahawan

Banyak artikel yang mengulas tentang kewirausahaan, coba saja searching kata wirausaha, maka dengan cepat bermunculan tips-tips bagaimana menjadi seorang wirausahawan. Salah satu tips yang paling sering kubaca, adalah harus membangun mental wirausaha terlebih dahulu.

Setelah menjalani sendiri yang namanya mencoba berwirausaha, memang benar yang paling utama adalah membangun mental dulu. Betapa tidak untuk memulai bisnis, paling tidak kita harus punya modal, entah itu modal uang atau modal skill. Sedangkan biasanya tahap-tahap awal berdirinya usaha (minimal 1 tahun), yang ada adalah pengeluaran terus-menerus, mulai dari biaya sewa, rekrut karyawan, gaji kayawan, promosi, dll. Sangat jarang terjadi usaha yang langsung memberikan keuntungan detik itu juga. Disinilah mental seorang pengusaha diuji.

Ketika kita merasa usaha kita kok seperti jalan ditempat, mental seorang pengusaha yang baik tentulah berusaha mencari ide kreatif bagaimana agar usahanya tumbuh. Lain halnya jika seseorang belum bermental entrepreneur. Bukannya mencari ide mengembangkan usahanya tapi merasa hopeless usaha akan maju, ujung-ujungnya berusaha mengganti dengan usaha baru, dan memulai dari awal lagi.

Sekarang saya sedang merintis usaha online shop, usaha yang saya rasakan bisa dan sempat kulakukan untuk saat ini. Mudah-mudahan saya bisa memiliki mental seorang pengusaha sejati, yang tidak mudah putus asa, tetap konsisten dan melakukan yang terbaik. Amin