20 Jun 2011

Monopoli ikan...monopoli memang ada dimana-mana

Teman kami dari Selayar datang ke Parepare untuk jalan-jalan sekalian melihat peluang bisnis. Teman ini nginap satu malam di rumah. Dia menceritakan kisah suksesnya menjadi pedagang ikan.

Awal cerita, teman kami ini membeli ikan baronang langsung dari nelayan yang baru datang dari melaut dengan harga Rp.5.000/per ekor di kampung halamannya, Selayar. Kemudian rental mobil ke Makassar. Di Makassar, dia menjual ikannya dipasar seharga Rp.10.000,-/Ekor, ikannya langsung diserbu pembeli karena ikan baronang dipasaran dijual Rp. 14.000/ekor. Teman kami juga meng-drop dagangannya ke restoran-restoran, dan tentu saja pemilik restoran dengan senang hati menerima ikan segar dengan harga lebih murah dari pasaran. Hebatnya lagi pemilik restoran bersedia akan membeli berapapun ikan yang dia bawa untuk penjualan berikutnya.

Menurut pengakuan teman kami, sekali berangkat dengan membawa ikan 12 Dos, dia bisa pulang membawa keuntungan bersih Rp. 9.000.000,-…Wow!!

Kisah teman ini menginsipirasi kami untuk menjadi pengepul ikan juga. Pada minggu subuh kemarin saya dan Papanya Naylah ke Lelong, semacam pusat berkumpulnya para nelayan. Ternyata semua nelayan sudah menjual ikan-ikannya pada seseorang yang disebut bos. Pembeli biasa tidak boleh membeli langsung pada nelayan. Aku terkejut juga melihat perbedaan harga antara harga nelayan dengan harga jual si Bos. Cumi ukuran besar yang tadinya dijual Rp. 1.100/ekor oleh nelayan, dijual kembali oleh si bos dengan harga Rp. 6.000/ekor, padahal jarak antara nelayan dan bos hanya 2 meter.

Aku sempat ngobrol dengan salah satu nelayan, dia bilang bahwa nelayan tidak berani menjual ikan kepada orang lain kecuali kepada si bos. Jadi si bos ini memonopoli semua ikan untuk dijual kembali. Kami akhirnya pulang ke rumah dengan harapan menjadi pengepul ikan yang mulai terkikis.

Ini gambar yang sempat diambil di Lelong:



Semua ikan yang ada digambar adalah milik si BOS...ah monopoli memang ada dimana-mana.

0 komentar:

Posting Komentar

Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis