9 Sep 2017

Tetap Optimis Menjalani Hidup Setelah Resign? Lakukan Langkah-Langkah Ini

Tetap Optimis Menjalani Hidup Setelah Resign? Lakukan Langkah-Langkah Ini
Tetap Optimis Menjalani Hidup Setelah Resign? Lakukan Langkah-Langkah Ini

Per tgl 1 maret 2017 saya berhenti bekerja pada salah satu perussahaan multinasional. Ini keputusan yang besar, karena saya telah bekerja selama 12 tahun di sana. 

Saya bukan tipe pekerja kutu loncat, yang menemukan sedikit masalah langsung memilih pindah ke tempat lain. Oleh karena itu, beratnya saya meninggalkan perusahaan ini bukan karena persoalan gaji yang kata orang di atas rata-rata, atau bukan karena nama besar perusahaan itu sendiri. 

Saya merasa sedih karena orang-orang di dalamnya sudah menempati bagian tersendiri di hati. Mereka ibarat saudara yang setiap hari bertemu, berbagi suka dan duka. 

Saya ingat serunya berbuka puasa bareng di bulan Ramadhan. Menikmati secangkir teh dan bakwan goreng di kantor lebih lahap daripada menyantap hal yang sama di rumah. Celoteh-celoteh riang, candaan menghangatkan suasana buka puasa. Sehingga membuat penganan apapun yang terhidang terasa lezat.

Itu salah satu contoh kecil saja, banyak momen kebersamaan yang tak terlupakan bersama teman-teman kantor saya dulu.

Untungnya Parepare adalah kota kecil. Walaupun jarang berkunjung ke kantor, saya dan beberapa teman masih sering berpapasan, saling berjabat tangan dan bertukar kabar. 

***

Untuk menanggapi artikel Mak April Hamsa Cara Membangun Optimisme Supaya Tetap Semangat Menjalani Hidup, saya ingin berbagi artikel terkait bagaimana agar tetap optimis menjalani hidup setelah resign.

Ketika kamu sudah merasa tidak cocok pada suatu perusahaan, atau saat kamu ingin mengembangkan ide di tempat lain, baik itu perusahaan berbeda atau usaha sendiri, biasanya saat itulah kamu mempertimbangkan untuk resign.

Resign bukan kiamat. Ini adalah salah satu fase pilihan hidup. Hanya saja resign sebaiknya tidak dilakukan serta merta ketika niat tersebut terbesit di benak. Beberapa hal sebaiknya dilakukan. 

Baiklah secara garis besar, inilah yang saya sarankan kamu lakukan sebelum mengajukan surat permohonan berhenti kerja: 

Sholat Istikharah 

Mintalah pendapat Tuhan. Untuk yang beragama Islam lakukanlah sholat istikharah. Karena manusia hanya berencana, Allah yang paling tahu apa yang terjadi di masa depan. Dengan sholat istikharah, langkah kita menjadi mantap karena yakin apapun yang kita lakukan ada Allah SWT menyertai. 

Menjalankan Bisnis

Sebelum berhenti kerja, pastikan kamu punya usaha yang sudah berjalan. Tidak perlu usaha yang menguras tabungan. Sederhana saja dulu, yang operasionalnya bisa dijalankan tanpa kamu harus terjun langsung. 

Terlebih jika pasangan kamu tidak memiliki penghasilan, pastikan tips ini kamu lakukan. 

Setahun sebelum resign saya membuka kios pulsa. Kecil-kecilan, modal sewanya hanya 2 juta. Seiring waktu, usaha tersebut bertambah produk barang-barang kelontong. Ketika saya berhenti kerja, warung kelontong plus kios pulsa tersebut sudah memiliki pelanggan dan bisa memberikan pemasukan tambahan yang stabil. 

Lunasi Semua Utang

Jangan biarkan ada utang, apalagi utang berbunga yang menjeratmu saat resign. Miliki azzam yang kuat untuk melunasinya sebelum resign. Caranya percepat pelunasan utang bank. Jika gaji tidak cukup, carilah tambahan penghasilan seperti poin kedua di atas. 

Kalau utang saya terlalu banyak bagaimana Jeng? 

Kuatkan niat untuk melunasinya karena Allah, insya Allah dimudahkan ditunjukkan jalan olehNya. 

Tips bebas dari utang bisa baca buku-buku Mas Saptuari Sugiharto, ikuti grup dan fans page beliau di Facebook. 

Jangan pakai gaji 6 bulan terakhir

Hal ini penting untuk berjaga-jaga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ingat, ketika berhenti kerja, fasilitas seperti tunjangan kesehatan turut lenyap. 

Tidak memakai gaji 6 bulan terakhir untuk dana cadangan jika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, misalnya keluarga sakit, kecelakaan, dll. 

Selain itu, melakukan hal ini juga sebagai tes atau latihan untuk diri sendiri  “Benarkah saya sanggup bertahan tanpa gaji dari perusahaan?”

Jika kamu sanggup menabung gaji 80-100 %, berarti kamu sudah sangat siap mengajukan surat resign. 

Berat ya? 

Tidak. Kan poin-poin di atas sudah dilakukan; ada kios kecil-kecilan dan utang sudah lunas.

Ajukan Surat Pengunduran Diri, pamit baik-baik dan minta surat pengalaman kerja 

Saya pernah menemukan rekan kerja yang tiba-tiba pergi tanpa pamit, surat pengunduran diri beserta aset kantor dititip di satpam saja. Yang begini jangan ditiru ya hehehe

Itulah beberapa hal yang saya lakukan sebelum resign. Tips ini bukan saya comot dari buku atau artikel, tapi benar-benar saya praktekkan sendiri. 

Hasilnya bagaimana?

Alhamdulillah, saya tidak menemukan kesulitan yang berarti setelah resign, khususnya masalah keuangan. Kebiasaan-kebiasaan sebelum resign masih dilakukan, seperti belanja buku, baju, jajan, sesekali makan di cafe atau warung makan langganan tetap bisa dilakukan tanpa harus membuat suami pontang-panting cari uang tambahan. 

Dengan melakukan langkah-langkah di atas juga membuat kamu lebih relaks pasca resign. Kamu tidak perlu terburu-buru cari kerja atau membangun bisnis baru. Kamu punya banyak waktu untuk mempertimbangkan langkah terbaik apa yang selanjutnya dilakukan, memilih bisnis potensial apa yang cocok dengan kepribadian dan hobi kamu. 

Saya menemukan bisnis Kangen Water setelah dua bulan liburan dan mempertimbangkannya di rumah. Alhamdulillah, keputusan memiliki mesin Kangen Water adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya lakukan. Kami menjadi sehat sekeluarga, bisa bersedekah air sehat, dan juga menghasilkan uang. (Untuk info lebih lanjut tentang bisnis Kangen Water silahkan hubungi WA 081342045910) 

Semoga bermanfaat.

Nur Islah

7 Sep 2017

Merdeka Saat Menjadi Ibu Rumah Tangga


Eh sekarang hari apa ya? 

Kamu pernah lupa hari? Saya sering 6 bulan belakangan ini. Mengira jumat padahal kamis, menyiapkan seragam batik padahal harusnya pakaian pramuka buat dipakai Si Kakak. 

Itu baru persoalan hari, kalau ditanya tanggal, saya lebih sering lupa dari pada ingat.

Apakah saya terserang insomnia? 

Tidak. 

Saat menjadi ibu yang full time di rumah, saya menjadi kurang memperhatikan kalender. Sangat berbeda ketika kerja kantoran, tempo-tempo menengok kalender meja, lantaran kerap membuat email dan update data. 

Selama 6 bulan, saya cuma hilir mudik di bangunan 7 x 10 meter, yaitu dapur, kamar, dan teras. Paling jauh ke pasar, itupun selalu bersama Pap Nay dan anak-anak. Sangat jarang saya pergi sendiri. Seringnya rombongan sekeluarga. Kedengarannya sedih amat ya, terkungkung di rumah. 

Bisa jadi orang yang melihat berpikiran begitu, tapi percayalah 6 bulan itu masa-masa paling merdeka saya sebagai manusia.

Saya tidak harus buru-buru mandi,tidak dikejar laporan, tidak harus delapan jam di kantor, dan tidak perlu lembur. Saya bebas mau mandi jam berapa pun, entah itu pagi, siang, atau dijamak di sore hari. 

Walaupun bukan akhir pekan, saya enteng membawa anak-anak ke cafe. Menikmati semilir angin laut sambil menyantap penganan pisang goreng keju dan jus jeruk kesukaan Ayyan. Pap Nay tidak pernah melarang, kalau sempat, beliau mengantar. Jika tidak, kami bertiga menunggu pete-pete kuning, cukup bayar Rp.5000, pak sopir mengantar sampai tujuan.

Saya bisa menjalankan bisnis dengan nyaman. Tidak perlu khawatir terdengar si bos kalau lagi menerima telepon pelanggan. Bebas menuangkan ide-ide marketing tanpa harus terganggu pikiran masih ada email yang harus di follow up. 

Tentu saja merdeka bukan berarti semua harus indah. Langit saja gak selalu biru cerah, sering mendung, bahkan sesekali ada petirnya. Tayangan sinetron India kesukaanmu pun ada jeda iklannya, padahal jantungmu sudah berdegup kencang menunggu kelanjutan adegan si aktor dan aktris bertatap-tatapan dan berbicara dalam hati :D 

Sama. 

Menjadi ibu rumah tangga memang menyenangkan, sambil dasteran bisa menjalankan hobi tanpa terikat jam kerja. Tapi iklan menguras emosinya juga buaaayaakkkkkkkk. (tuh kan sampai butuh K berlapis)

Berbulan-bulan saya berusaha menyesuaikan diri dengan ritme kerja IRT, kadang merasa lemas duluan melihat pakaian kotor menggunung, sementara keranjang penuh pakaian bersih menunggu dilipat. 

Saya teringat istilah produk jualan di kantor dulu, barang yang cepat laku disebut fast moving product. Nah pekerjaan IRT itu perputarannya tak kalah cepat. Lantai disapu sekarang sebentar kotor, disapu lagi kotor lagi. Dibereskan di sini, di situ berantakan. Kondisi rumah rapi menjadi berantakan itu terjadi dalam hitungan menit. 

Bukan hanya beradu dengan kekompakan dua bocah mengobrak-abrik keranjang mainan, menggunting kertas, memasukkan segala macam ranting ke dalam rumah. Saya juga beradu dengan angin yang selalu merontokkan daun dua pohon mangga depan rumah. Kalau lagi rajin dua kali sehari saya menyapu halaman. Saat berat tulang diajak gerak, ya menunggu angin membawa pergi tuh daun :D 

Sekarang, saya mulai bekerja lagi. Diamanahi profesi baru yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Yang sekarang ini tidak memakai jam kerja harus datang pukul 8 pulang jam 4 teng, tapi harus siap bekerja setiap saat jika dibutuhkan. 

Saya percaya setiap profesi ada suka dukanya. Setiap jalan hidup ada tantangannya. Kalau mau senang terus, ya nanti...di surga. 

Tulisan ini untuk menanggapi artikel #KEBloggingCollab Mak Diah Kusumastuti di sini.