16 Jun 2016

Tips Sukses Khatam Al Quran Untuk Ibu Rumah Tangga

Tips Sukses Khatam Al Quran Untuk Ibu Rumah Tangga. Sebenarnya agak ragu juga untuk memposting tulisan ini. Malu karena saya bukan yang orang kompeten di bidang ini, ustadzah bukan, ahli khatam Al Quran juga bukan. Kalau semangat berbagi lewat tulisan iya hehehe. Nah mumpung bulan ini adalah waktu meraup pahala sebanyak-banyaknya, saya ingin share tips mengkhatamkan Al Quran versi saya. Ini benar-benar hanya dari pengalaman sendiri saja, jika ada hal-hal yang mungkin salah atau keliru, silahkan ditambah atau dikoreksi di kolom komentar.

Untuk mempersempit pembahasan, saya memfokuskan tips dan trik ini kepada ibu-ibu saja, baik ibu rumah tangga fulltime maupun ibu yang juga bekerja di luar rumah. Pertimbangannya, ibu-ibulah yang paling repot di bulan Ramadan, mulai dari menyiapkan sahur, membangunkan seisi rumah, menyiapkan buka puasa, beres-beres rumah, dan lain-lain yang akan luar biasa panjang jika di-list. Dengan aktivitas seabrek itu, sangat dimaklumi ibu-ibu tidak seleluasa kaum pria membaca Al Quran. Belum lagi dengan keterbatasan waktu akibat ada periode haid kaum perempuan. Tapi dengan kegiatan super banyak itu kita tidak mau dong ketinggalan, sampai kehilangan kesempatan mendapatkan pahala mengkhatamkan Al Quran minimal 1 kali di bulan Ramadan.
Tips-Sukses-Khatam-Al-Quran-Untuk-Ibu-Rumah-Tangga

Saya coba menuliskan 10 tips menamatkan Al Quran versi saya ya:

1. Buat target

Sebelum memasuki bulan ramadan, luangkan waktu beberapa menit untuk membuat target amalan di bulan Ramadan. Sebaiknya target tersebut ditulis agar tidak lupa, jika mau, bisa di print dan ditempel di kamar, jadi kalau lagi malas bisa semangat lagi setelah melihat pajangannya. Target khatam Al quran dibuat dengan realistis, jangan ambisi khatam 5 kali misalnya, kalau di tahun sebelumnya 1 kali khatam saja tidak bisa hehehe. Pokoknya harus terukur dan bisa dicapai. Oh ya, dalam membuat target, pertimbangkan juga berkurangnya waktu kita baca al quran selama seminggu karena haid.

2. Tetapkan waktu harus selesai 1 juz

Mengaji memang sebaiknya dilakukan sewaktu-waktu kapanpun kita mampu, tapi usahakan menetapkan 1 atau 2 waktu harus menyelesaikan 1 juz. Misalnya setelah sholat isya atau subuh. Kalau saya biasanya setelah sholat subuh jika sedang shift siang di kantor, karena saya punya waktu yang panjang untuk tidur setelahnya (jangan ditiru). Tapi jika shift pagi, saya menetapkan waktu setelah sholat isya. Penetapan waktu ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing ya. Nah, sisanya selembar dua lembar bisa dilakukan kapan saja kita bisa.

3. Baca lebih cepat

Saya membaca lebih cepat dari biasanya. Jika di bulan lain membaca dilambat-lambatkan, di bulan Ramadan saya menambah kecepatannya. Alasannya apa? Bukan apa-apa sih, dari pengalaman saya pribadi saja, kalau bacanya lambat biasanya saya merasa selembar itu sangat panjang dan lama, membuat saya mudah bosan. Apalagi kalau mulai menghitung lembarannya kapan pindah juz, saya frustasi kok lembarannya sepertinya tidak kurang-kurang. Beda kalau baca cepat, ketika ngecek berapa lembar lagi, eh tau-tau sisa 1-2 lembar, jadinya tambah semangat.

Tapi harus diingat juga, walau cepat harus tetap diusahakan bacanya memperhatikan tajwid ya bu ibu.
Note : Lebih sering baca Al Quran akan berbanding lurus dengan kemampuan kita membaca cepat.

4. Membaca dengan melafalkannya

Ini kebiasaan saya saja, ingat pembuka di atas ya, ini kebiasaan saya hehehe.
Biasanya saya membacanya dengan melafalkannya, tidak perlu bersuara kencang, cukup lirih saja, asal terdengar oleh telinga sendiri. Lagipula kalau kencang, tenggorokan bisa kering, bisa cepat haus :p

Saya jarang membaca dalam hati, nanti jatohnya malah mengantuk, apalagi kalau ngajinya subuh, bisa-bisa malah ngorok :D

5. Delegasikan pekerjaan yang bisa didelegasikan

Yes, saya mendelegasikan pekerjaan. Saya beruntung punya adik perempuan yang tinggal serumah, dia banyak membantu saya mengerjakan tugas rumah yang tidak ada habisnya. Jadi saya tidak terlalu capai, pulang kantor, harus urus anak, harus pula mencuci piring misalnya. Kalau semua kita yang kerja, badan akan lelah. Kalau sudah begitu mana punya tenaga buat mengaji.

6. Mengusahakan tidur berkualitas

Untuk ibu-ibu yang tidak punya asisten atau adik yang bantu bagaimana? Usahakan punya waktu tidur berkualitas, karena bagaimanapun capeknya kalau sudah tidur dengan nyenyak, insya Allah kekuatan akan pulih kembali, jadi punya tenaga lagi untuk beres-beres rumah dan membaca Al Quran.

7. Bawa Al Quran kemana saja

Bawa serta Al Quran kemanapun kita pergi termasuk ke kantor. Jadi tilawah bisa dilakukan kapan pun ada kesempatan. Kalau sedang cukup tidur malamnya, saya biasanya ngaji ba’da dzuhur di kantor. Tapi kalau kurang tidur, saya memilih istirahat saja, nanti habis isya baru lunasi 1 juznya.

8. Tidak membaca lewat gadget

Nah, ini penting juga buat saya. Memang dalam gadget semua serba ada, tinggal download atau install saja, al quran mudah dibaca kapan dan dimana saja. Apalagi, gadget kan selalu dibawa serta kemanapun kita pergi.

Tapi saya lebih menyukai al quran asli.

Alasannya:

Kalau lewat gadget, saya bisa terganggu dengan godaan media sosial, bunyi notifikasinya bisa membuyarkan konsentrasi tilawah. Memang sih bisa di setting plane mode, tapi bisa jadi di tengah tilawah tergoda ngecek kan? Belum lagi kalau hpnya lowbat, keinginan membaca al quran bisa ikut lobet gara-gara harus ngecash dulu. Ditambah lagi alasan kesehatan, kalau baca Al quran lewat hp juga, kapan istirahatnya kita terpapar radiasi, pokoknya banyaklah alasan yang membuat saya memilih Al quran asli daripada android.

9. Kurangi keaktifan di medsos

Anehnya setelah bikin target amaliah, saya malah lebih produktif ngeblog hehehe. Tapi sebisa mungkin mengurangi mengintip facebook, twitter, dll. Tidak blogwalking dulu selain balas BW teman yang komentar di blog. Pahala membaca Al quran luar biasa banyak di bulan suci ini, tapi bersilaturahmi di medsos bisa dilakukan di bulan apa saja, ya kan?

10. Berlomba dengan partner

Coba deh kejar-kejaran khatam juz atau tadarus dengan suami, pasti seru!

Hmm apalagi ya? Sepertinya cukup 10 itu saja. Mudah-mudahan bisa bermanfaat, minimal jadi pengingat dan tidak menjadi ujian bagi saya sendiri. Karena sejatinya tulisan itu adalah ujian bagi penulisnya.

Baca juga Tips Mengajar Anak Membaca Al Quran

1 komentar:

  1. yang nomor 7 itu yang selalu saya lakukan setiap ramadhan, alhamdulillah selalu khatam :)

    BalasHapus

Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis