16 Jan 2016

Filosofi 5 Jari Mendidik Anak

Filosofi-5-jari-mendidik-anak

“Anak-anak tidak membutuhkan orang tua yang pintar, tapi membutuhkan orang tua yang siap menerima keadaan mereka dan mau terus belajar”
 
Jumat, 16 Januari 2016, Yayasan SDIT Bina Insan Parepare menggelar acara seminar parenting yang bertajuk “ Membangun Komunikasi Positif Antara Anak dan Orang Tua”. Materi dibawakan oleh Bimansyah Al Harisi. Ustad yang lahir 33 tahun silam ini merupakan seorang trainer yang sering mengisi acara seminar parenting, beliau juga berprofesi sebagai kepala sekolah di salah satu SDIT di Kalimantan Timur.
 
Ustad Bima. Demikian panggilan akrab beliau, membawakan materi dengan menarik dan interaktif, beliau sering mengundang gelak tawa peserta dengan memberikan contoh-contoh yang terasa konyol tapi memang sering dilakukan oleh para orang tua. Lihat saja cerita tentang seorang anak yang diberikan uang Rp.5000 oleh Eyangnya. Si anak bukannya berterima kasih tapi malah berkata “Kok cuma segini?” Setelah diusut, ternyata sang anak sering mendengar ibunya berkata serupa setiap akhir bulan, saat suami memberikan uang belanja.
 
Masih banyak cerita-cerita lain yang lebih kocak, membuat seminar yang berlangsung dari ba’da Durur sampai azar tidak terasa panjang dan membosankan.


filosofi-5-Jari-mendidik-anak
Bimansyah Al Harisi (dok pribadi)
 
 
 
Satu hal yang perlu saya catat dari pemaparan Bimansyah Al Harisi kali ini adalah konsep mendidik anak menggunakan filosofi 5 jari. Saya kira perumpamaan 5 jari yang menggambarkan 5 aspek penting mendidik anak ini cukup efektif, hanya dengan melihat jari tangan sendiri, poin-poin itu bisa dihapal luar kepala.
 
Jempol (Keteladanan)
 
Anak-anak mungkin gagal mendengar perintah orang tuanya, tapi mereka akan sangat berhasil meniru tindakan ayah-ibu mereka. Untuk itu, mereka memerlukan teladan yang baik dari orang tua dan gurunya. Di rumah, anak-anak membutuhkan ibu-bapak yang selalu mencontohkan terlebih sebelum memerintahkan, dan di sekolah, mereka membutuhkan guru-guru yang kompeten, yang tindak-tanduknya memang patut digugu.
 
Anak-anak akan meniru segala hal dari tingkah laku orang terdekatnya; cara marah, cara menyampaikan pendapat, cara berbicara, dll. Sehingga benarlah kata pepatah “ buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, adab kebiasaan anak tak akan jauh dari adab kebiasaan orang tuanya.
 
Jari Telunjuk (Pembiasaan)
 
Ustad Bima memberikan contoh soal pembiasaan ini. Sering mengalami kejadian ini? anak pulang sekolah, meletakkan baju dan sepatunya sembarang tempat. Padahal Ibu sudah mengajari sang anak untuk menyimpan segala sesuatu pada tempatnya, tapi anak selalu saja lupa, dan membiarkan barang-barangnya tergeletak begitu saja.
 
Rupanya pada saat kita mengalami pengalaman begini, orang tua seharusnya tidak boleh berputus asa mengulang-ulang menuntun anak menyimpan barang pada tempatnya. Jika pada 3 hari pertama masih belum berhasil, ulangi lagi pada hari-hari selanjutnya, tuntun anak-anak, tunjukkan caranya, dan jangan putus asa, apalagi sampai memarahi dan menghukum anak kita. Suatu saat kesabaran membiasakan hal baik itu akan berbuah, anak-anak akan terbiasa, dan berhasil melakukannya tanpa diingatkan.
 
Benar juga sih, kadangkala kita kurang bisa bersabar, ingin melihat hasil secara instan. Baru juga memberi contoh beberapa hari, kita sudah merasa putus asa, dan akhirnya menyerah. Akibatnya anak kembali kepada kebiasaan buruknya.
 
 
Jari Tengah (Perhatian)
 
Sesuai dengan bentuk jari tengah yang paling tinggi di antara semua jari, seperti itulah seharusnya porsi “perhatian” kepada anak. Anak-anak yang kurang mendapatkan kasih saying dari orang tuanya, tidak akan nyaman berada di rumah. Mereka akan merasa lebih nyaman berada di luar rumah, di mana mereka mendapatkan perhatian dari teman-temannya. Padahal kita tahu sendiri, lingkungan di luar sana seperti apa, bisa jadi anak kita akan terjerumus dalam pergaulan yang salah.
 
Jari manis (Nasihat)
 
Sesuai namanya “Jari manis”, nasihat senantiasa perlu diberikan kepada anak dengan manis, tanpa amarah, mudah dimengerti, dan jelas.
 
Jari Kelingking (Hukuman)
 
Seperti halnya jari kelingking yang paling kecil, porsi pemberian hukuman haruslah kecil. Fokus pada hal-hal positif yang berhasil dicapai anak dan memberikan mereka penghargaan, jauh lebih baik daripada fokus kepada kesalahan mereka dan memberikannya hukuman.
 
Demikianlah 5 filosofi yang harus diperhatikan ketika mendidik anak. Dengan dukungan lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang positif, insya Allah anak-anak kita akan tumbuh menjadi generasi yang kuat, generasi yang baik, baik agama, akhlak, dan budi pekerti.
 
Semoga bermanfaat.
 
Parepare, 16 01 2016
Nur Islah

20 komentar:

  1. Makasih sharingnya mak. Sebagai ortu, kita memang harus selalu belajar jd ortu yg baik ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mak...mdh2 semangat belajar terus kita ya

      Hapus
  2. Wah keren juga nih filosofi 5 jari. Enak ngingetnya. Makasih ya mak sharingnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pun gitu, rasanya jd mudah ingat pake 5 hari

      Hapus
  3. wah saya malah baru tau ada pemahaman ini thank u sharing nya mak ;)

    BalasHapus
  4. Keren ini filosofinya Mak. Nice share ^_^

    BalasHapus
  5. Waah seru...ilmu baru filosofi 5 jari ini. Blom lama mendapat broadcast mirip konsep ini tp gak sefilosofis ini.
    Tfs mbaa

    BalasHapus
  6. keteladanan, pembiasaan, perhatian, nasehat dan hukuman, dan hukuman diperumpamakian ada di jari kelingkin, jari paling kecil dengan hukuman yang ringan.. wahh filosofinya keren.. ilmu parenting yang sangat berharga.. terima ksih sharingnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mba,alhamdulillah kl bermanfaat

      Hapus
  7. Wah, menarik dan bermanfaat filosofi 5 jarinya. Kayaknya cocok dijadikan rujukan untuk orangtua yang ringan tangan sama anaknya, jadi sebelum mukul itu dia akan ingat filosofi 5 jari. hehehe :D

    Salam kenal, mba.
    Penjaja Kata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, jangan sampe ada ortu yg ringan tangan deh

      Hapus
  8. ah ilmu lagi nih buat saya yang masih belum bener mendidik Alfi, thanks info atas filosofi jarinya

    BalasHapus
  9. Semangat mama Alfi ^-^

    BalasHapus
  10. Astaghfirullah .. merasa diingatkan. Saya masih kurang sabar ...
    TFS, kerenna tawwa materinya

    BalasHapus
  11. Sy jg kak, msh srg khilaf kl anak2 bikin naek tengsi

    BalasHapus
  12. Waah TFS mba, like it, ilmu baru buatku

    BalasHapus

Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis