25 Agu 2016

Banyak Drama Ketika Menyusui

 
 
 

Banyak drama ketika menyusui. Sangat disayangkan, Naylah, anak pertama saya tidak mendapatkan ASI exclusive. Bagaimanapun saya membuat pemakluman, tetap saja tidak mampu menghapus perasaan bersalah saya sebagai ibu yang lalai. Saya menyesali diri kenapa di umur yang bisa dibilang sudah matang waktu itu, tidak membekali diri dengan ilmu yang cukup tentang ASI. Begitulah penyesalan, selalu datang belakangan.

Dua tahun kemudian, ketika dipercayai hamil lagi oleh Allah, saya bertekad tidak akan mengulang kesalahan yang sama, saya harus mempersiapkan diri dengan lebih baik. Adek Ayyan lahir saat kakaknya berumur 3 tahun, dengan berat badan 3.2 kg. Tidak Seperti proses persalinan kakaknya, kelahiran adek Ayyan terbilang cepat. Tidak ada drama tali pusar terlilit di leher. Memang banyak yang bilang persalinan anak kedua selalu lebih mudah karena jalan lahirnya sudah terbuka. Walaupun demikian, sakitnya melahirkan baik yang pertama maupun yang kedua sama-sama luar biasa dahsyat…sakittttt. Jadi tak salah ungkapan orang tua kita, ketika ibu melahirkan sebelah kakinya menjejak bumi, sebelahnya lagi menjejak kubur.

Adek Ayyan nongol ke dunia langsung mengisap kolostrum dengan lahap. Alhamdulillah air ASI saya juga mengucur dengan deras. Duh bahagianya waktu itu. Sakit dan lelah karena melahirkan langsung sirna. Rasanya tak terlukiskan menimang bayi mungil dengan mulut yang masih beraroma surga.

Anggapan bahwa bayi laki-laki lebih kuat nenen daripada bayi perempuan ternyata benar. Adek sebentar-sebentar minta minum. Bahkan saat dia tidur pun harus sambil nenen, jadi saya harus berbaring miring agar dia nyaman menyusui. Kebiasaan tidur Adek ini berlangsung cukup lama, sampai-sampai saya lupa bagaimana rasanya tidur dengan telentang. Di periode itu, adek tumbuh dengan pesat, berat badannya tiap bulan bertambah di atas rata-rata, Adek gemuk dan menggemaskan.

Memasuki bulan ke-2 umur Adek, Kakak Naylah terkena cacar air. Cacar kakak tidak parah sebenarnya, hanya beberapa biji. Sembuhnya pun lumayan cepat, tidak sampai seminggu. Tapi sakit kakak ini menulari mamanya. Mungkin karena kondisi fisik saya yang lemah akibat kurang tidur, cacar yang saya derita lumayan parah.

Cacar adalah penyakit yang menakutkan, awalnya hanya ruam kecil, setelah beberapa hari ruam itu bermetamorfosis menjadi lenting-lenting yang berisi cairan. Virus cacar juga tidak akan berhenti jika belum menyerang seluruh badan.

Saya sangat khawatir dengan Adek Ayyan. Saban hari dia tidak pernah berpisah dengan emaknya, lagipula sumber makanan dia satu-satunya hanyalah dari ASI. Dokter yang kami temui mengatakan bahwa kami tidak perlu cemas karena bayi baru lahir memiliki pertahanan anti bakteri yang terbentuk saat berada dalam rahim ibunya. Dari penjelasan dokter tersebut saya memberanikan diri tetap menyusui Adek.

Qadarullah, Adek tertular cacar. Bisa dibayangkan bayi terkena cacar rewelnya bagaimana. Jangankan bayi, orang dewasa saja kalau terkena penyakit ini rasanya mau gila saking gatalnya. Apalagi cacar tidak boleh digaruk, semakin digaruk akan semakin parah. Rambut serasa berdiri menahan gatal. Adek menjadi luar biasa rewel. Dia jadi sering menangis minta digendong setiap saat. Saking rewelnya, saya bahkan harus menyusui Adek sambil berdiri, duduk sekejap saja dia langsung menangis. Padahal saat itu kondisi saya sangat lemah. Sekitar 2-3 minggu penderitaan itu berlangsung, akhirnya cacar kami mengering.

Drama cacar pun berlalu, tidak terasa jatah cuti melahirkan habis. Tiba saatnya saya harus kembali ke kantor. Adek pelan-pelan saya ajari memakai dot, di sinilah masalah mulai timbul. Tak terhitung merk dot yang saya beli, semua ditolak Adek Ayyan. Padahal tahu sendiri kan bu ibu, dot-dot untuk baby born kan lebih premium. Terpaksa saat saya di kantor, Adek diberi ASI menggunakan sendok. Cara ini cukup membantu, tapi sayang jumlahnya tidak sebanyak jika Adek menyusu langsung. Akibatnya, berat badan adek menurun dratis . Aduh sedihnya waktu itu, rasanya ingin resign saja. Untunglah penolakan Adek pada dot tidak berlangsung lama, Adek akhirnya menyukai dot merk chicco yang saya beli dari online shop.

Saya semakin semangat 45 memerah ASI di kantor. Memerah ASI juga ada dramanya. Saya tidak boleh stress atau sedih, kalau banyak pikiran ASI akan sangat berkurang bahkan bisa macet. Sebisa mungkin saya harus santai. Biasanya membayangkan wajah Adek yang menggemaskan membuat ASInya keluar deras.

Beberapa bulan sejak menyusui Adek, tiba-tiba muncul benjolan di payudara kanan. Buru-buru suami mengantar saya ke dokter. Dokter Kamaruddin (sekarang sudah almarhum) menyarankan sebaiknya benjolan tersebut diangkat. Tapi saya dan suami memutuskan akan mengikuti saran dokter setelah Adek lulus ASI semerter pertama . Pertimbangannya saat itu Adek sudah bisa diberi makanan tambahan seperti buah atau bubur.

Di umur Adek yang ke 7 bulan, akhirnya saya dioperasi. Karena pengangkatan benjolan termasuk operasi ringan, saya menginap di rumah sakit satu hari saja. Adek ditinggal di rumah dengan beberapa botol ASIP yang sudah saya siapkan beberapa hari sebelumnya.

Ternyata proses penyembuhan pasca operasi berlangsung cukup lama. Pasalnya luka bekas operasi menjadi jalan keluar ASI. Karena derasnya ASI yang mengucur dari bekas luka tersebut, dokter sampai memasang semacam kateter untuk menampung ASInya yang sudah bercampur dengan darah. Walhasil karena selalu basah, terjadilah infeksi. Untunglah seiring waktu, luka tersebut akhirnya sembuh juga.

Di luar dugaan, hanya beberapa lama setelah operasi, muncul benjolan baru di tempat yang sama. Dokter mengatakan, benih benjolan itu tidak terlihat waktu operasi, seandainya iya bisa langsung diangkat sekalian. Saya memutuskan menunda operasi beberapa bulan lagi.

Seiring perkembangannya, gigi Adek mulai tumbuh. Mungkin karena gusinya gatal, Adek sering sekali menggigit. Semua barang-barang yang dia pegang digigitnya. Saat menyusu juga demikian, duh rasanya puting hampir putus saja, sakitnya luar biasa. Saya menyusui dengan air mata mengalir saking perihnya. Lama-lama saya tidak tahan lagi, jadi saya biarkan Adek menyusu di payudara kanan saja. Karena jarang dipakai otomatis payudara kiri tidak pernah kosong. Bodohnya lagi waktu itu tidak pernah kepikiran memompanya. Kebiasaan buruk ini akhirnya menimbulkan penyakit baru, ditandai dengan munculnya benjolan di ketiak kiri.

Benjolan kali ini berbeda, sakit jika disentuh. Selain itu membuat saya demam berhari-hari. Leukosit naik dratis, mengindikasikan dalam tubuh ada infeksi akut. Saya sampai harus ke ibukota propensi untuk konsultasi kepada dokter ahli. Oleh dokter saya diberi obat penghenti ASI agar bengkak di ketiak mereda. Sedihnya waktu itu, karena Adek masih berumur 1 tahun 4 bulan, seharusnya 8 bulan lagi dia menikmati air susu ibunya.

Bagaimanapun saya tetap bersyukur dengan segala macam drama dan keterbatasan, saya tetap diberi semangat berikhtiar memberikan Adek yang terbaik. Alhamdulillah berkat ASI, Adek jarang sakit. Ke rumah sakit saat cacar itu saja. Adek juga tidak sering demam. Sekarang Adek sudah berumur 3 tahun, sangat hobi lari dan lompat. Mungkin karena sangat suka bergerak, badannya susah gemuk. Walau berbadan imut, Adek sangat bangga dengan betisnya. Setiap saat dia selalu memuji betisnya yang berotot.
Itu pengalaman saya menyusui, pengalaman bunda bagaimana?

Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway ASI & Segala Cerita Tentangnya yang diselenggarakan oleh Dunia Biza dalam rangka menyemarakkan Pekan ASI Dunia.

Giveaway ASI & Segala Cerita Tentangnya

10 komentar:

  1. Aku anak 1 yang drama mb..SC, habis itu puting pendek...menjelang 3 bln maunya dot ( bingung puting), akhirnya tak perah, masukin dot. Krn ditinggal ker..produksi asi dikir. Dan sumber asi kering di usia 8 bln

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah mba yg terjadi sama Naylah, dia dari awal bingung puting, lebih milih dot, jadinya asinya gak maksimal

      Hapus
  2. semua ibu punya kisah tersendiri yaa saat menyusui, semua punya dramanya tersendiri. malah masing2 anak dramanya beda2 yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mba..untung ibu2 pada tegar ya, tetap semangat ngasih yg terbaik buat anaknya

      Hapus
  3. gak harus gemuk..yg penting sehat mba... lagian anaknya suka gerak.

    semoga selalu sehat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba..sy pun mikirnya gitu. Biar kecil tapi sehat

      Hapus
  4. terharu mba. Semangat yang luar biasa demi sebuah ikhtiar. Alhamdulillah ga hanya semester pertama adek bisa terus sampai 1 tahun 4 bulan. Semangat..

    Kalau diperhatikan2 anak2 sekarang ga gendut2 amat memang ya mba, barangkali karena mereka lebih aktif dibanding anak2 dulu. Yang penting sih grafik BB selalu naik. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Adek Ayyan alhamdulillah bbnya masih bagus kata Bidan waktu kontrol kapan hari

      Hapus
  5. sayapun ibu yang gagal menyusui anak saya Mba, huhuhu :(
    semoga di anak kedua nanti saya bias memberikan ASI eksklusif, amin..

    BalasHapus
  6. kak islah...
    aku padamu...
    ajarkan diriku juga untuk menulis...

    BalasHapus

Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis