30 Mar 2016

Selamat Jalan Tata Usu

 

Yang paling menyakitkan dari kematian adalah "penyesalan"

Keyfa menangis sesegukan. Bocah 7 tahun itu memanggil-manggil kakeknya, isaknya timbul tenggelam oleh suara orang-orang yang sibuk menutup mayat dengan tanah, semakin meninggi tanah menimbun kakeknya, semakin keras tangisan anak itu.
 
“Fung Nene..Fung Nene!” dia memanggil-manggil sang kakek, air matanya berderai-derai.
 
Saya tergugu. Air mata menganak sungai tak terbendung melihat keluarga kecil yang sedang berkabung ini, menantu dan cucu almarhum berangkulan saling menguatkan.
 
H.M. Yunus Andi Abd Karim atau Tata Usu baru saja meninggal dunia kemarin pagi. Tata Usu adalah kakek saya, beliau adik kandung nenek saya dari bapak. Tata Usu sudah lama pensiun, dulunya mengajar di salah satu SMU negeri di tanah kelahiran saya. Beliau dikarunia 1 anak saja, hal yang tidak lazim di keluarga besar kami yang rata-rata beranak banyak. Tata Usu seorang yang sangat supel, dia pandai berbicara. Karena kemampuannya itu, selalu saja dia yang didaulat menjadi MC atau juru bicara di berbagai perhelatan keluarga. Jadi bukan kebetulan kalau dia menjadi MC di acara pernikahan saya 7 tahun silam.
 
Tata Usu sangat menikmati masa pensiunnya. Dia bersama istrinya yang juga mantan guru bisa pergi ke acara keluarga kapan dan di mana saja asalkan diundang. Mereka tidak segan-segan keluar uang untuk itu, beli tiket kapal atau pesawat tidak masalah, apalagi mereka memiliki banyak waktu luang. Jadi bisa dipastikan di mana ada acara keluarga, mereka pasti ada disana.
 
Sayangnya, tak berapa lama kemudian tiba-tiba Tata Usu terserang stroke, dia yang tadinya gagah dan sehat untuk orang seumurannya tiba-tiba lumpuh tak berdaya; wajahnya miring, badannya kurus. Dia menjadi sangat bergantung kepada orang lain. Sang istrilah yang setia merawat, mulai dari menyuapi, mengganti popok dan menemaninya berobat.
 
Rupanya istri Tata Usu, Fung Hade, demikian saya memanggil beliau, juga menginap penyakit jantung menahun. Beberapa kali Fung Hade dirawat di rumah sakit karena penyakitnya itu. Tata Usu terlihat sedih sekali. Saya terharu menyaksikan Tata Usu yang masih terlihat lemah harus menemani sang istri di rumah sakit. Mereka berdua saja, saling mengasihi, saling memperhatikan. Menulis ini tergenang lagi air mata.
 
“Ta Usu mana Pung?” waktu saya mendapati Pung Hade sendirian dalam kamar perawatan.
 
“Pergi masjid Nak barusan”
 
Memang, walaupun Tata Usu terlihat menua dengan cepat, Tata Usu tampak mulai membaik, dia bisa berjalan, bahkan bisa ke masjid sholat 5 waktu. Asalkan tidak hujan, dia akan mengusahakan ke masjid dekat rumah ditemani tongkatnya, belakangan dia bisa tanpa tongkat. Mungkin karena sudah jadi kebiasaan, di rumah sakit pun beliau mencari mushollah untuk sholat berjamaah.
 
Qadarullah, tak berapa lama bolak-balik masuk rumah sakit, Fung Hade meninggal dunia mendahului suaminya.
 
Itu kejadian hampir tiga tahun yang lalu. Kini Tata Usu menyusul istri tercinta. Tata Usu yang dalam segala suasana selalu terlihat riang dan tidak pernah kesal itu telah pergi. Saya menyesal selalu menunda menengoknya, padahal tak ada 10 menit perjalanan jarak kami. Setiap mau singgah, selalu saja ada alasan: nanti dulu, lagi hujan, anak rewel, besok saja.

Saya sesali diri, mungkin Tata Usu sedang kesepian. Dia memang punya anak dan cucu menemani di rumah, tapi bisa jadi beliau sedang merindukan suasana baru, kangen melihat kami berkumpul. Sekarang air mataku benar-benar tak bisa berhenti berderai. Belum juga berapa lama, saya sudah merindukannya. Selamat jalan Tata Usu, pria murah senyum, pria baik hati kesayangan keluarga.  Kami akan selalu mengenangmu, semoga Allah menerima amal kebaikan Tata Usu, kelak berkumpul dengan Fung Hade di sebuah rumah di surga.
 
Parepare, 30 Maret 2016

9 komentar:

  1. ikut sedih mebacanya, Semoga amal baik beliau di terima Allah SWT

    BalasHapus
  2. Inalillahi semoga amal perbuatannya diterima dan ditempatkan ditempat yang paling mulia disisi allah swt.

    BalasHapus
  3. semoga diterima di sisi allah swt

    BalasHapus
  4. Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun. Semoga belia mendapat tempat mulia di sisi Allah, aamiin.

    BalasHapus
  5. Innalillahiwainnailaihirojiun. Semoga amal ibadah beliau diterima Allah SWT. Amin.
    Almarhum kakeknya ya mba? Berarti buyut nya keyfa donk ya.. Cicit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Almarhum saudara nenek saya mba, jadi keyfa itu sepupu saya :-)

      Hapus
  6. Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun, selamat jalan kakek usu semog amal ibadah kakek di terima oleh ALLAH SWT ... amin yra

    BalasHapus
  7. Amin ya rabb..terima kasih ya teman2 atas doanya

    BalasHapus

Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis