2 Jun 2025

Tasmi

Parepare, 2 Mei 2025
 
Alarm Handphone saya setel pukul 04.00 wita, dengan nada dering yang cukup nyaring. Rayyan tasmi hari ini. Ustadzahnya bilang acara dimulai pukul 05.30. pagi benar. Afif diusahakan ikut bangun, saya mandikan dengan air hangat, lalu mengenakannya baju koko dan surung yang baru saja kubeli. Setelah berpakaian dia tertidur lagi. Tak mengapalah, kalau tiba waktunya berangkat, dia langsung diangkut saja. Yang sulit bangun malah bapaknya, sambil setrika bibirku tidak berhenti nyerocos membangunkan dia, disertai tips bangun cepat.
 
 “Kalau matanya berat kayak melengket, dipijat-pijat bagian bawah dan atas mata, saya selalu begitu kalau susah bangun…insya Allah langsung seger” 
 
Tapi tahukah engkau apa yang terjadi, saya yang bangun pukul 04.00 dini hari, tapi dia yang duluan siap dengan pakaian yang sudah rapi. Allahu akbar :D
 
Kami meninggalkan rumah pukul 05.30 wita. Sesampai di sekolah, kami malah bingung ruang tasminya dimana. Saya chat wali kelas Rayyan, beliau menunjukkan foto Rayyan sedang duduk rapih siap tasmi. Bergegas saya bertanya ke siswa yang terlihat, dia menunjuk lantai 2. Ruang tasmi rupanya ada pas di ujung tangga, ruangannya cukup sempit, saya mendapati Rayyan sudah menghapal 3 halaman surah Al Baqarah, kami terlambat. 
 
Kami langsung ambil posisi duduk, mencari bacaan yang sedang dibaca Rayyan, mataku tertuju langsung ke ayat yang dibaca, duh senangnya, merasa itu adalah pertanda baik, semoga tasminya lancar. Belum berapa lama kami duduk menyimak, Rayyan minta berhenti, meringis sakit perut karena lapar…alamak. Biasanya juga tahan, mungkin ini lapar disertai nervous. Kue basah yang kami pesan sejak kemarin kabarnya baru selesai dikukus, kata penjualnya akan rawan hancur jika belum set tapi langsung dipotong, jadi tukang kue meminta kami jangan menjemput dulu. Tapi karena tasmi diberhentikan total gara-gara serangan lapar, terpaksa Pap Nay bergegas menjemput kue itu. 
 
Rayyan masih meringis kesakitan, Ustad meminta wali kelas mengecek apakah ada sarapan yang sudah matang di dapur panitia mabit. Tak lama kemudian, Rayyan diajak makan di lantai 3, dia diminta memilih sendiri lauk yang dia sukai, mengingat semalam dia tidak mau makan sama sekali makan malam yang disediakan panitia. Sambil menunggu Rayyan makan, ustad bercerita soal umroh, kebetulan beliau bergabung dengan sebuah travel dan menceritakan keunggulan travel tersebut, mengajak kami ikut serta dan menyampaikan ke teman-teman seandainya ada yang berencana mengunjungi Baitullah.
 
Rayyan datang dengan wajah lebih segar, dia sudah makan…langsung melanjutkan tasmi tanpa ba bi bo be. Dia ingat di ayat mana tadi berhenti..saya takjub. Tak lama kemudian Pap Nay memasuki ruangan sambil menenteng kue yang masih hangat, Rayyan tetap melanjutkan tasmi, dia tidak menyentuh kue itu sampai kami pulang. 
 
Rayyan tasmi 5 juz sekali duduk. Saya merasa bersalah pernah under estimate apakah dia mampu melakukannya, karena dia enggan muroaja'ah di rumah. Katanya di sekolah dia sudah muroja'ah, dia mau melakukan hal-hal lain kalau di rumah, seperti membaca buku atau bermain. 
 
Barulah 2 pekan terakhir ini, dia mulai men-drill satu persatu hapalannya, yaitu juz 1, 2,3, 29, 30 di rumah. Saat mendrill di rumah, saya menandai dengan pensil bagian-bagian yang dia nyangkut, kebanyakan dia tersendat di juz 2. Mungkin karena fokus memperbaiki juz 2, sehingga bagian itu yang lancar saat tasmi.
 
Saya merasa cara Rayyan menghapal sudah lumayan, beberapa bagian lupa di awal-awal ayat, tapi itu manusiawi menurutku. Dimulai pukul 05.30, berakhir pukul 10.00. Seandainya tidak ada insiden penundaan, rayyan bisa menyelesaikannya lebih cepat. Begitu kata udtazahnya.
 
Hatiku mengharu biru waktu Rayyan selesai tasmi, yang ada dibayanganku yang pertama kali, adalah kegigihan dia memperlancar hapalannya. Ah darimana gen kegigihan itu muncul, mungkin dari emaknya. Hahaha 
 
Setiap pembacaan ayat terakhir di setiap halaman, seluruh yang hadir turut melapalkan. Di momen itu tak lupa saya mendoakan Rayyan istiqomah menghapal. Semoga Allah mengabulkan doa mamanya yang fakir ilmu ini. Kata orang-orang, doa ibu sangat makbul, walaupun emaknya masih bercita-cita jadi solehah, belum solehah beneran. Semoga Rayyan cinta dengan Al quran. 
 
Sesi kami tutup dengan foto-foto, nasi dos yang dipesan dari tadi dilirik oleh Rayyan yang rupanya masih lapar. Kami minta udstazah membagi-bagi ke siswa dan guru yang hadir, sisanya sesuai jumlah kami serumah kami bawa pulang, kami makan di gazebo di pinggir laut. Habis makan bekal, kami makan es krim di mixue. Kita menyantap yang dingin-dingin, maklum otaknya baru selesai bekerja keras.
 
Demikian cerita kita hari ini. Bukan Rayyan dan kami yang hebat, Allah maha baik mengirimkan orang-orang baik membantu hapalan Rayyan. Semoga istiqomah murojaah yah nak. Selamat!

0 komentar:

Posting Komentar

Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis