3 Sep 2014

BJ Habibie

Wuihhh Pak BJ Habibie idolaku datang…

Jauh-jauh hari beritanya sudah ada dikoran local. Beliau dating dalam rangka meresmikan peletakan batu pertama Istitute Teknologi Habibi dan monument cinta Ainun-Habibie di daerah kelahirannya, Parepare.

Tgl 27 Agustus 2014 kemarin Pak BJ Habibie tiba di Parepare. Walaupun mengidolakannya dan niat untuk bertemu dengan beliau sangat menggebu-gebu, tapi aku tau diri juga, kerja dikantor sampai sore dan harus pulang mengurus anak pula, rasanya untuk merealisasikan bertemu pak BJ Habibie terasa mustahil. Kucoba iseng cari undangan untuk ke rumah Jabatan Walikota, juga tidak dapat. Ya baiklah, sepertinya memang tidak akan bisa ketemu beliau.
Sore hari pulang kantor, seperti biasa sang misua menjemput dikantor. Dua hari ini air PDAM tidak mengalir, jadi misua jemput sambil bawa 6 galon kosong buat ambil air dikantor juga.  Trus sekalian jemput adik Ipar yang datang dari Buol. Darma dijemput dipuskesmas tempat tantenya kerja, dia minta diantar kerumah neneknya ambil pakaian. Tiba disana, tiba-tiba ada rombongan lewat, rame banget..ternyata Pak BJ Habibie dan rombongan jalan kaki, baru sadar kalo rumah nenek Darma ternyata ada digerbang kota. Alhasil, aku dengan semangat gegap gempita minta turun dari mobil, Pak Habibie jalannya kencang luar biasa, seperti setengah berlari. Akhirnya berhasil juga mengambil foto beliau walaupun harus menginjak kaki salah satu pengawalnya. Kalo ingat peristiwa itu kadang cekikikan sendiri, kebayang di TV muncul emak-emak pake jilbab merah berlari-lari diantara anak-anak sekolah mengejar rombongan BJ Habibie xixixi.

Kebetulan ketemu Pak Habibie gak berhenti sampai disitu. Evi, teman smu yang sudah 15 tahun tidak bertemu ternyata ikut dirombongan sebagai salah satu kru metro TV. Kami janjian ketemu disela-sela kesibukan dia mengikuti rombongan. Kami bertemu di Mesjid Raya, dan Pak BJ Habibie sedang sholat magrib disana. Walaupun tidak bisa berjabat tangan dengan beliau, cukup puaslah sudah melihat beliau dari dekat.
Sejak dulu, aku mengidolakan beliau. Manusia yang bertubuh kecil tapi mendunia karena kecerdasan dan kejeniusannya. Dalam hati, aku berharap ade yang mungil bisa mengikuti jejaknya, mempunyai nama besar kelak. Amin 1000x.

Kalau diliat dari sejarah kehidupan BJ Habibie, beliau bisa menjadi orang yang berhasil karena 2 orang wanita yang menjadi motivatornya sepanjang hidupnya. Yaitu ibu dan istrinya. Benarlah kata bijak “dibelakang seorang laki-laki yang hebat, terdapat perempuan yang hebat”. Dia sangat ridho kepada istrinya. Beliau juga sangat mencintai ibunya, sampai-sampai semua yang dilakukan agar menjadi orang yang berhasil karena sumpah dari ibunya.
Sambil tulis ini, lirik-lirik sama misua dan kids. Dalam hati aku bertekad mau berbenah diri, mau jadi istri dan mom yang baik, supaya bisa jadi istri dan ibu dari seorang yang hebat….stop! jangan ketawain dong. Bolehlah kita bermimpi dan berusaha. Tuhan aja mengabulkan doa hambaNya yang meminta, kok situ yang sewot…xixixi

Drama 1 Babak

Hampir setiap hari.. selalu terjadi drama 1 babak setiap mau kekantor. Kakak akan selalu minta ikut mengantar sampai kekantor, adek juga selalu minta digendong setiap melihat aku berpakaian lengkap. Dan kakak Naylah, bagaimanapun cara kami membujuknya, dia akan tetap ikut akhirnya, dan suamiku tipe orang yang sangat tidak suka dengan air mata dan suara hidung alias rengekan. Seberapa cepatpun aku mempersiapkan diri kekantor, ujung-ujungnya pasti terlambat juga.

Hari ini, aku diantar kekantor rombongan seisi rumah. Ada Misua, Kakak Naylah, ada adek, ada Mia ikut buat pangku adek. Heboh sekali. Lebih baik begitu daripada melihat mereka mengantarku sampai depan pintu sambil menangis, itu akan membuatku bekerja tidak tenang dan merasa bersalah sepanjang hari.

Kalau sudah begini, muncul lagi janji-janji pada diri sendiri… okay, ini akan berakhir, akan ada masa aku akan jadi IRT sejati. Tapi anak-anak itu kok rasanya cepat sekali membesar ya. Dulu, waktu naylah masih bayi, janji-janji itu juga ada, tau-tau dia sudah berumur 4 tahun. Sudah mulai mandiri, dan sudah mulai berargumen. Janji-janji terlupakan lagi. Setelah ada adek, janji-janji teringat lagi..hehehe
Kadang-kadang juga, ada hari dimana mereka manis sekali ketika aku mau berangkat ke kantor. Adek begitu menggemaskan digendong kakeknya sambil melambaikan tangan-tangan mungilnya, wajahnya cerah dan tersenyum, dan Kakak tumben-tumben berkata “ Cuma liat-liat saja pa”. Maksudnya liat kami berangkat kerja saja dan tidak ikut. Dan aku tetap terlambat 30 menit, karena bolak-balik menciumi mereka. Kalau kejadiannya begini….wuihhh rasanya bisa kurasakan tiupan angin surga. sepanjang hari itu, suasana hatiku akan baik, segala pekerjaan dan urusan lancar. Tapi sayang sekali, yang barusan kuceritakan ini jarang sekali terjadi hahaha.

Kadang geli sendiri, tapi insya Allah akan terlewati juga situasi ini. Hari-berganti hari, bulan-berganti bulan, akhirnya tahunpun berganti. Banyak suka duka merawat anak, sukanya dinikmati, dukanya ketika sudah berlalu menjadi bahan tertawaan dan candaan kami. Thanks God for everything.

Menikmati Hidup atau Malas

Sabtu kemarin, para ammatoa alias tetua-tetua dikantor rIbut bahas tentang awet muda. Mereka ribut  memperdebatkan korelasi antara tingkat keseringan wanita berhubungan seks dan awet muda. Ntah kenapa mereka semakin tua semakin rebut saja jika membahas mengenai hal ini. Dari debat-debat berkepanjangan mereka, atau lebih tepatnya kicauan usil mereka tentang resep awet muda, akhirnya diakhir percakapan ada juga kalimat yang agak wise muncul…”resep awet muda adalah tidak banyak pikiran dan menikmati hidup”.

Nah mengenai “tidak banyak pikiran dan menikmati hidup” ini agak susah aku dalami dan pahami. Beberapa orang yang kutemukan “awet tuanya”, kenapa istilah awet tuanya, karena sudah sejak kecil aku melihatnya berumur setengah abad, saat itu aku merasa mereka sudah sangat tua, dan sampai sekarang, mereka masih terlihat masih berumur setengah abad. Mereka memang terlihat  “tidak banyak pikiran”. Anak-anak mereka tumbuh dengan sendirinya, membesar dengan sendirinya. Orang-orang yang “awet tuanya” ini tidak sibuk memikirkan sekolah anaknya akan setinggi apa, tidak memikirkan besok harus makan apa. Mereka terlihat enjoy saja tidur sepanjang hari dan tidak melakukan apa-apa.
Sering terbesit pikiran mau awet muda seperti mereka, santai-santai tanpa harus memikirkan apapun. Tidur nyenyak tanpa perlu berpikir tentang masa depan. Tapi sekali lagi, aku hanya bisa berdecak, kok mereka bisa ya.

Aku coba uraikan, bagaimana ya orang bisa tenang tanpa banyak pikiran. Disepanjang hari, tak henti otakku berputar, apa yang harus aku lakukan supaya anakku bisa jadi orang kelak, aku harus mendukung mereka sekolah tinggi untuk mencapai cita-cita mereka, apa yang harus aku investasikan, bagaimana caranya, menyisihkannya berapa. Itu masih seputar sekolah dan masa depan anak-anak. Kepalaku juga tidak bisa tenang dari bagaimana menjaga behavior mereka, bagaimana supaya mereka tidak rebutan, bagaimana supaya mereka tumbuh menjadi anak yang sehat jiwa adan raga, fisik dan rohani. Makanan apa yang baik untuk mereka.
Sekali lagi aku heran, masih ada orang yang bisa menghilangkan pikiran-pikiran itu dari otaknya, dan enjoy aja menikmati hidup. Ada uang hari ini, hari ini habis tanpa harus melakukan saving untuk besok lusa.

Okay, mungkin aku salah persepsi saja tentang bagaimana menjadi seorang awet muda yang enjoy dan menikmati hidup. Kurasa yang kudeskripsikan tadi bukan orang yang menikmati hidup, tapi orang yang malas. Mudah-mudahan aku bukan termasuk golongan itu.
#edisi menghibur diri setelah liat cermin#