Pages

21 Okt 2015

Breast Cancer Awareness : Bukan ke Dukun Tapi ke Dokter

"Ajana mu operasi nak, abbura ogino, engka manye balibolae keppi-keppini lasangna fura mabbura ogi"
 
Itulah kalimat dalam bahasa Bugis yang disampaikan via telpon oleh nenek. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, kurang lebih artinya begini "tidak usah operasi nak, pakai obat alternatif saja, ini ada tetangga yang cuma diobati dukun mulai kempes benjolannya".
 
Selang dua bulan kemudian nenek menelpon lagi, beliau mengsyukuri keputusan saya operasi angkat benjolan payudara, karena tetangga nenek itu dikabarkan makin parah. Kabarnya dia sudah memakai kelambu sepanjang hari, karena kanker payudaranya mulai membusuk. Jika tidak memakai kelambu, dia dikerumuni lalat. Kondisinya sungguh memprihatinkan. Setelah sakitnya sudah sedemikian parah barulah dia mau mengikuti semua saran dokter, tapi sudah terlalu terlambat. Dia meninggal dunia tidak berapa lama kemudian.
 
Banyak kasus demikian di masyarakat kita, terlalu menyandarkan pengobatannya pada dukun. Dukun menyebut tumor dengan istilah “cella”. Di kampung-kampung bersuku Bugis, banyak yang meyakini penyakit cella hanya bisa diobati dengan mabbura ogi (dukun).Apalagi ada keyakinan bahwa dukun tidak akan sanggup mengobati penyakit yang sudah ditindaki dokter dengan operasi. Anggapan ini membuat penderita memutuskan mencoba berobat di dukun dulu baru kemudian menuruti saran dokter. Selain itu, alasan lain tidak mau dioperasi adalah "takut". Takut membayangkan payudaranya dibelah, dicongkel, dan dijahit kembali. Padahal sekarang peralatan kedokeran sudah semakin canggih. Operasi sudah minim resiko dibandingkan puluhan tahun yang lalu.
 
Saya sendiri sudah pernah menjalani operasi angkat benjolan di payudara. Awalnya saya mendapati benjolan kecil di payudara kanan. Keesokan hari setelah mendapatinya, saya segera mengkonsultasikan benjolan tersebut ke dokter bedah. Oleh dokter saya diberi obat dan diminta datang lagi kontrol per 2 minggu. Ternyata benjolan cepat membesar, akhirnya dokter memutuskan sebaiknya dioperasi. Baru juga bekas operasi kering, ada lagi benjolan di tempat yang sama, membesar pula dengan cepat, akhirnya diputuskan operasi lagi, walaupun tindakan operasinya baru terealisasi beberapa bulan kemudian. Untungnya setelah diperiksa di laboratorium hasilnya bukan tumor ganas ataupun kanker. Proses operasi ini terbilang singkat. Karena operasi benjolan payudara itu jenisnya ringan. Hari ini pasien dioperasi, besoknya sudah bisa pulang. Jika dokternya pintar dan kerjanya rapi, bekas lukanya pun tidak akan terlalu mengganggu.
 
Saya sering bertanya kepada dokter, apa sih penyebabnya payudara saya sampai didiami benjolan berulang begitu?.Dokter mengatakan bahwa faktor utama munculnya benjolan adalah faktor genetik. Setiap orang sebenarnya memiliki potensi terkena tumor payudara, tapi kebanyakan orang memiliki gen penangkalnya, nah orang-orang yang menderita tumor karena faktor genetik adalah orang-orang yang tidak memiliki gen penangkalnya. Kira-kira begitu penjelasan dokter yang ditangkap oleh akal awam saya.
 
Karena biasanya benjolan tidak terasa sakit, dan tidak tampak, banyak perempuan tidak sadar jika mengidap tumor atau kanker payudara. Untuk itu setiap perempuan harus selalu waspada dengan organ masa depannya itu, harus sering melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Jika mendapati gejala yang aneh, jangan tunggu lama, segera konsultasikan ke ahlinya, bukan dukun ya, tapi dokter. Karena kanker payudara lebih mudah diobati jika terdeteksi lebih dini.
Breast Cancer Awareness Month
 
#finishthefight #gopink #breastcancerawareness

2 komentar:

  1. mirisnya masih banyak orang yang lebih percaya dukun daripada dokter yah mbak :(

    salam kenal mbak nur :)

    BalasHapus
  2. iya mba, padahal jaman sudah begini maju ya..
    salam kenal juga :-)

    BalasHapus

Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis