29 Jul 2016

Makan Siang di Pulau Liang Kareta

Foto dari berbagai sumber
Makan siang di Pulau Liang Kareta. Foto-foto di atas saya kumpulkan dari berbagai sumber hasil temuan Mbah Google dengan kata kunci “Liang Kareta”. Indah bukan? Seperti itulah bayangan saya tentang pulau ini, alangkah tenang dan damainya jika berada di sana, sebuah pulau tak berpenduduk, dengan kolam laut luas berair jernih tak bertepi..ahhh.

Saya sudah menginjakkan kaki di Pulau Liang Kareta pada saat liburan panjang kemarin.
Waktu itu Adek Ayyan baru saja sembuh dari demam, tapi masih ogah makan. Sementara persiapan ke Pulau Liang Kareta sudah mantap, kami sudah ngomong ke pemilik kapal, sudah deal harga sewanya, bahkan bahan-bahan makanan untuk dijadikan bekal sudah siap. Tapi keadaan adek Ayyan belum stabil juga. Memang suhu tubuhnya sudah normal, tapi setiap disuap dia menutup mulut rapat-rapat, maunya minum susu saja.

Sempat kepikiran untuk tinggal di rumah saja menemani Adek, tapi mama mertua bilang tidak apa-apa membawanya serta karena kapal yang akan kami tumpangi punya kamar, jadi Adek bakalan aman, tidak masuk angin.

Jadi teringat masa-masa ketika Kakak Naylah masih seumur Adek Ayyan, adat dia kalau pulang kampung pasti malas makan. Segala macam makanan kesukaannya kami beli, tapi dia tetap tidak bisa lahap. Waktu itu dia dibawa rekreasi ke suatu pulau oleh kakeknya (lupa nama pulaunya apa), eh sesampainya di sana baru mau makan. Mungkin Adek akan begitu juga, pikirku. Jadi berangkatlah kami hari itu. Tentu saja dengan melapisi seluruh tubuh Adek dengan Jaket, kaos kaki, dan sarung.

Ternyata benar kata mama, bagan ada kamarnya. Hati jadi tenang. Bagan adalah kapal yang biasanya dipakai menangkap ikan di laut, dilengkapi dengan batang-batang bambu atau balok kayu yang terpasang kiri-kanannya untuk menjaga keseimbangan kapal. Kapal ini kami sewa lumayan murah, sudah termasuk sopir dan bahan bakarnya, cuma dikenakan harga 400rb. Kok bisa? Karena yang punya kenalan bapak mertua saya :D
pulau_liang-Kareta_Selayar_Island
kapal siap berangkat
Kapal dilengkapi 2 kamar sebenarnya, satu untuk nahkoda, terletak di bagian atas, yang satu lagi kamar untuk tempat istirahat penumpang di bagian bawah. Waktu berangkat saya dan anak-anak di kamar bawah. Adek tertidur sepanjang jalan, lelap sekali. Sedangkan Naylah duduk di dekat jendela, dia memandang laut dengan tenang. Nah, setelah balik ke Benteng, barulah kami ditempatkan di kamar nahkoda yang ternyata lebih nyaman, lebih bersih dan tidak bising oleh suara mesin. Fasilitas kamar nahkoda juga lebih lengkap, ada TV, speaker dan kipas anginnya. *nelan liur pengen punya juga.

Berita kami sekeluarga akan ke Pulau Liang Kareta cepat beredar. Kapal yang kami sewa ikut ditumpangi banyak orang. Jadi sekitar 40 orang yang diangkut di kapal tersebut, dan sebagian besar saya tidak kenal. Wajar sih kalau banyak yang ikut, saya pun malah senang bisa memaksimalkan penggunaan kapalnya, karena untuk rekreasi ke Liang Kereta memang butuh niat dan modal.

Kami berangkat dari pelabuhan Benteng saat laut tenang dan tidak begitu berangin, kapal melaju dengan mulus. Jarak tempuh lumayan jauh ternyata, sekitar 1,5 jam perjalanan, hampir menyamai lamanya perjalanan yang kami tempuh dari Pelabuhan Bira Bulukumba ke Pulau Selayar. 

Matahari sudah tepat di atas ubun-ubun saat Pulau Liang Kareta mulai nampak dari kejauhan. Laju kapal mulai dilambatkan. Para penumpang yang tadinya duduk atau tidur mulai bangkit mempersiapkan barang bawaan masing-masing. Saya pun demikian, mulai mengambil ransel dan perlengkapan Adek Ayyan. Adek sendiri kelihatan bersemangat dengan suasana rekreasi, tapi sayang badannya masih lemah, jadi dia digendong terus sama bapaknya.
A photo posted by Nur Islah (@pulau_ila) on
pulau_liang-Kareta_Selayar_Island
Saat mesin kapal baru saja dimatikan, anak-anak langsung lompat kegirangan
Karena tidak berencana berenang, saya tidak bawa baju ganti sama sekali. Sementara antara kapal dan daratan masih beberapa meter, airnya pun dalam. Jadi kami dijemput perahu kecil agar bisa sampai di daratan dengan baju tetap kering. Demikian pula dengan bekal makan siang, seember besar nasi sudah dipersiapkan mama mertua saya, dengan lauk ayam goreng, mie goreng, telur rebus dan sambel pedes, semua diangkut bolak-balik dengan perahu mini itu, yang dalam Bahasa Selayar disebut Lepa-lepa.
Pulau Liang Kareta sendiri penampakannya bagaimana?

Seperti kebanyakan pantai di Selayar, pasirnya putih, airnya juga jernih. Yang membedakan pantai ini dengan lain adalah tebingnya. Entah apa ya istilahnya dalam kamus kelautan, di sini beberapa bagian pantai diatapi tebing. Air di bagian bawah tebing ini lebih jernih, cocok jadi tempat berendam walaupun saat matahari sedang terik. Pepohonan di sini juga lumayan banyak sebenarnya, sayang saya tidak bisa cerita banyak soal ini, karena beberapa keterbatasan yang akan saya ceritakan di bawah.
Saya merasa berada di Pulau Liang Kareta di waktu yang salah, karena alasan ini

Kekurangan jalan ramai-ramai adalah kamu harus menunggu semua anggota rombongan siap baru boleh berangkat. Ada yang belum mandi, ada yang baru cari ini itu, ada yang memang gerakannya lambat, dll. Akibatnya kami tiba di pulau saat matahari sudah tinggi. Naylah saja yang berkulit lumayan putih, hanya main pasir beberapa jam langsung menghitam. Kalau saya lebih baik berlindung di tempat yang teduh sebelum bintik hitam di wajah tambah merajalela.
pulau_liang-Kareta_Selayar_Island
Naylah asyik main pasir
Adek Ayyan masih sakit

Seperti yang saya saya ceritakan di awal tadi, karena perut Adek beberapa hari itu cuma berisi susu, jadi saya tidak bisa santai. Pikiran dihantui bagaimana agar bocah ini mau makan dan mencoba menyuapnya sepanjang waktu. Saya dan Pap Nay berusaha membujuknya makan beberapa suap, sambil dia main air, Alhamdulillah dia mau walaupun masih jauh dari porsi normalnya.
pulau_liang-Kareta_Selayar_Island
Adek kurus kering :(
Persis yang saya perkirakan sebelum berangkat, Adek merengek minta nyebur ke laut, yang akhirnya terpaksa saya biarkan. Sudah jadi konsekuensi karena mengajak dia ikut ke pulau, melarang anak-anak main air saat di pantai adalah hal yang mustahil kan?

Terlalu ramai

Dengan jarak tempuh 1,5 jam, menggunakan kapal carteran pula, saya tidak menyangka pulau ini akan sangat ramai. Beberapa kapal terparkir di tepi pulau, belum lagi kapal yang hanya mengantar penumpang dan balik lagi. Aduh benar-benar di luar ekspektasi saya, yang mengira akan mengunjungi pulau tak berpenghuni yang senyap. Seorang bapak yang kami tanyai perihal ramainya pulau ini mengiyakan kalau sekarang Pulau Liang Kareta lagi naik daun, kebanyakan turis asing atau domestik minta diantar ke Liang Kareta.
pulau_liang-Kareta_Selayar_Island
Kapal yang parkir di Pulau Liang Kareta

pulau_liang-Kareta_Selayar_Island
Ramai, ini baru sebagian pengunjung

Serangan asap

Karena waktunya makan siang, setiba di sana, bekal yang dibawa langsung disiapkan untuk disantap ramai-ramai. Tiba-tiba mata kami semua perih. Astagafirullah kami dikepung asap. Penumpang-penumpang kapal yang baru saja merapat tadi sedang mempersiapkan bara api untuk bakar ikan, mereka menggunakan sabuk kelapa yang mengepulkan asap tebal. Memang sih tidak ada larangan bakar ikan di pantai, tapi karena pantai itu dibentengi tebing, asapnya tidak mengalir, malah mengepung kami yang kebetulan gelar tikar di tengah. Perihnya mata bikin makan siang kami sangat terganggu.
pulau_liang-Kareta_Selayar_Island
Kami kebagian asap, tapi tidak dapat ikan bakar :D
Begitulah kejadian hari itu, jauh panggang dari api, jauh kenyataan dari harapan. Jadi kegiatan saya cuma itu saja, makan siang, menyuap Adek, dan foto-foto (yang ternyata hasilnya blur semua) Hiks

Siang belum berganti sore, tapi rombongan sudah berkemas pulang. Selamat tinggal Pulau Liang Kareta, sayang sekali kami menemuimu di saat yang tidak tepat.

Lokasi : Pulau Liang Kareta, Selayar, Sulawesi Selatan

30 komentar:

  1. keren, pengen ke sana maenan pasir

    BalasHapus
  2. padahala tempatnya cantik banget ya mba..semoga next time bisa main ke sini lagi tanpa diganggu asap

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget asapnya ini yg paling mengganggu, soalnya lg makan, jadi tdk bisa langsung ngungsi

      Hapus
  3. Coba kalo tempatnya sepi jadi serasa private beach, mungkin bisa lebih enjoy dan satisfied banget yaa~

    BalasHapus
  4. ini mi dibilang dih, lain harapan lain kenyataan :D
    Semoga lain waktu bisa ke Liang Kareta lagi dan menemukan kenyataan yang sesuai harapan

    BalasHapus
  5. Seringkali foto memang tidak bisa menggambarkan kondisi yg sebenarnya. Sudah beberapa kali kami punya nasib spt itu. Jadi kami selalu pakai referensi blogger seperti ini, nggak mau pakai referensi foto lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mending pake refrensi blog lebih komperhensif penjelasan nya :)

      Hapus
    2. Benar mba Lusi, mas David.
      Foto2 yg beredar bagus2. Mungkin kalau lagi sepi mmg bagus sih. To next time sy mau baca review dulu sebelum berangkat

      Hapus
  6. Seru yaa berwisata naik kapal carter, sepertinya di Sulawesi masih banyak spot pantai yang bersih dan pemandangannya cantik ya. Namun obyek wisata ini kemungkinan belum dikelola serius oleh pemda setempat, belum ada peraturan untuk wisatawan, jadi pengunjung merasa bebas bakar2 ikan padahal mengganggu kenyamanan pengunjung lain...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak banget mba yg bagus, sampe bingung mau datangi yg mana dulu :)

      Hapus
  7. huaaa dari kemarin meratapi nasib kepingin piknik, eh mampir ke postingan ini malah jadi baper lagi hihi soalnya cutinya menipis, indah banget pulaunya semoga someday bisa ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aminnn...hubungi diriku ya kl mau ke Sulawesi mba ev

      Hapus
  8. asyik nih, kapan ya bisa kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga dilapangkan waktunya ya mas, spy bisa ke sini

      Hapus
  9. Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Iya mba..syg moment nya gak bagus saat sy dtg

      Hapus
  10. Nama pulaunya unik banget bund, apalagi pas liat foto paling atas sendiri, emang kayak pulau indah tanpa penghuni. Kebayang bund bisa enak2 leyeh2 sambil minum kelapa muda di pinggir pantai. Eh tapi pas di foto bawahnya ternyata udah ramai, agak kecewa sih bund, tapi yg namanya tempat kayak gini emang puny a potensi wisata sih Dan pastin dikunjungi banyak orang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba..apalagi pas liburan begini..ramenya luar biasa

      Hapus
  11. waduh namanaya pulau liang kereta, sempet mumet juga ngebayanginya hehe

    BalasHapus
  12. Pulau Liang Kareta bagus juga ya ternyata... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus mas Budy..kapan2 kesanalah :)

      Hapus
  13. kalau terlalu ramai juga saya suka merasa kurang nyaman. Jadinya wisata orang. Yang bakar ikan merusak suasana aja, ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha wisata orang..baru dengar istilah itu..iya sih jadinya disana cum liat org :D

      Hapus
  14. Awesome banget mbak pantainya :-O

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas..sayang kamera sy kurang mendukung buat nangkap indahnya :D

      Hapus

Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis