8 Mar 2016

Di Antara Hujan dan Senjata

 
Di-Antara-Hujan-dan-Senjata
 
Di Antara Hujan dan Senjata. Gerimis menyambut, jalanan becek. Harus jinjit sedemikian rupa supaya sandal tidak tenggelam terlalu dalam di genangan air. Kilat sekali dua kali menyapa, menerangi langit gelap, ogah kalah meriah dengan tebaran lampu hias di bumi Parepare.

Rombongan kecil yang terdiri kami pasutri beranak lincah memutuskan memasuki stand TNI yang gelap gulita tapi ramai. Keberuntungan 2 bocah soleh solihat, setiba di stand itu, lampu langsung menyala dengan terang bederang. Orang- orang memegang senjata berkumpul. Kalau sedang setengah mengantuk pasti saya mengira sedang berada di Palestine.

Rupanya inilah penyebab tempat ini begitu ramai. Senjata-senjata berat beraneka macam yang saya tidak tahu namanya digelar di situ, boleh dipegang-pegang, diangkat-angkat, dilagak-lagaki, dimacho-macho-i, diselfie-selfie sepuas hati. Ini kesempatan langka. Tambahan pula ada penjelasan ramah tentang asal muasal dan kegunaannya oleh bapak-bapak TNI yang biasanya terlihat sangar.

Beberapa menit berlalu...

Hujan yang tadinya rintik malu-malu, seperti tetesan air mata perawan yang merindu, sekarang serupa tangisan bini kehilangan dompet pada tanggal tua. Air melimpah ruah di luar sana. Kami terjebak di tengah stand sempit, di antara orang-orang dan senjata.

***

Di kepala dan hati adek Ayyan, 3 hal inilah yang paling penting: kucing, tongkat Balvire dan pistol. Mainan lain seperti balon, mobil, robot sebenarnya dia senangi juga tapi hanya sekejap, habis manis sepah dibuang, cuma sehari, barang itu dihempasnya. (Melirik bangkai mainan di karung). Nah, ketemu gudang senjata milik TNI, dia seperti pindah ke nirwana. Mungkin imajinasinya sudah mengawan, benda-benda keren itu pasti bisa dibawa pulang. Adek sangat antusias.

Di-Antara-Hujan-dan-Senjata
 
***

Seingat saya,waktu kita kecil, kalau ditanya cita-cita mau jadi apa, jawaban anak-anak pasti seragam, anak cewek mau jadi dokter, anak cowok biasanya bercita-cita jadi tentara atau polisi. Saya yakin sepenuh hati Pap Nay tidak terkecuali. Lihatlah foto dia. Dibalik antusias anaknya, ada bapak yang tak kalah semangatnya.

Di-Antara-Hujan-dan-Senjata
Kok mirip Norman Kamaru :D

***

Ternyata alat-alat perang itu berat ya.

Seperti senjata ini. Beratnya mencapai 36 kg, dengan jarak tembak efektif hampir 2 km (membatin bagaimana bidiknya). Beberapa senjata lain yang tampak kecil, ketika diangkat ternyata berat. Jangankan senjata, rompi anti peluru saja lumayan berat, jika dikilokan bisa mencapai 8 kg. Diangkat sebentar sih tak masalah, tapi coba bayangkan jika dibawa kemana-mana selama berjam-jam perlengkapan itu (ransel, senjata, anti peluru). Pantas saja para tentara itu kulitnya terlihat lebih tebal, urat lebih menonjol, terlihat lebih kuat dari orang kebanyakan.
Di-Antara-Hujan-dan-Senjata

Hujan belum juga reda, tapi stand kecil ini terasa semakin sesak. Karena sudah mulai bosan berada diantara bau keringat dan asap rokok, apalagi Adek minta pipis, kami pun say goodbye sama bapak-bapak berbaju loreng yang ramah itu.

“Jangan lupa tanda tangan ya bu” kata salah satu bapak menunjuk buku tamu.


***

Stand TNI berhadapan dengan stand kantor tempat Pap Nay berdinas. Kami menyebrang kesana dulu. Berdiri berharap hujan segera reda. Beberapa menit berlalu, Adek sudah terlelap di bahu bapaknya. Sepertinya langit berstok air banyak malam ini, tak ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Dengan bermodal 5 lembar brosur Pariwisata Parepare buatan Kak Suja sebagai pelindung kepala, kami berempat menerjang hujan dengan gagah berani.

Senjata, hujan, Adek yang tetap pulas sampai di rumah menjadi penutup hari ini.

11 komentar:

  1. saya fokusnya ke sini sajah: Hujan yang tadinya rintik malu-malu, seperti tetesan air mata perawan yang merindu, sekarang serupa tangisan bini kehilangan dompet pada tanggal tua.

    Hahaha ... Islah makin keren saja merangkai kata :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. begitulah kalo lagi dapat wangsit xixixi

      Hapus
  2. Hahahaha kata2 di atas pas bgt perumpamaannya memang ;p.. aku ampe ketawa ;p

    btw, ya ampuuun nak, aku malah serem ama senjata2 laras pjg gini :( trauma mbak... dulu lama tinggal di aceh sblm akhirnya eksodus dan blm prnh nginjakin kaki lg k aceh, gara2 GAM itu dulu.. jd nya aku udh kenyang ngerasain TNI - GAM perang di blkang rumah, ampe pelurunya prnh nyasar kena jendela rumah :(.. sejak itu takuuut bgt liat tentara ato siapapun yg bawa senjata -__-.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ihh memang serem kl alami langsung.
      jadi ingat 16 taon yg lalu ada teman eksodus dari Tual, juga cerita tentang kerusuhan di sana. mendengarnya saja bergidik apalagi melihat langsung ya

      Hapus
  3. Pernah mengajak anakku ke pameran serupa saat mudik ke Surabaya dan dia seneng banget, bedanya saat itu gak sdng hujan. Anakku sempet juga berfoto ma tentara, untung bapak2nya gak keberatan hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak laki2 paling senang memang ya..anakku yg cewek krg bereaksi, cuma nonton adekknya yg semangat

      Hapus
  4. Mau lihat senjata itu dari dekat.selama ini pegang punya anak2, senjata mainan :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mdh2 ada pameran sejenis di sana ya mak

      Hapus
  5. anak2 senang banget tuh liat senjata2 asli gini mbak. pernah datang di pameran alutsista waah mereka antusias banget dan serru.'anak2 juga bangga melihat para TNI itu
    udah pernah kutulis juga di blog

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru ya ngeliat mereka antusias :-)

      Hapus
  6. wah , saya dulu cita-cita jadi tentara .

    HIPNOTERAPI SEMARANG

    BalasHapus

Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis