Pages

30 Des 2015

Sosialisasi Cara Menggunakan APAR

Di beberapa tempat di kantor seperti dapur, ruang administrasi, ruang meeting, dan beberapa ruangan lainnya tersedia tabung pemadam atau biasa disebut APAR. APAR ini dicek berkala oleh security setiap 6 bulan sekali. Kenapa dicek? Karena walaupun APAR tidak pernah digunakan atau masih baru, dikhawatirkan jika terjadi kebakaran, tiba-tiba APAR yang selalu mejeng manis di dinding itu tidak berfungsi. Penyebabnya macam-macam, bisa karena selangnya bocor, foamnya membeku, atau karena tekanan dalam tabungnya habis. Jika hal ini terjadi, sayang kan jika APAR yang sudah dipersiapkan untuk mengantisipasi kejadian tak terduga itu akhirnya tidak bisa digunakan.
 
Selain mengecek berkala, fungsi APAR diharapkan maksimal dengan mensosialisasikan cara penggunaannya di lingkungan kantor. Kemarin, tgl 29 des 2015, Pak Khalid dan Pak Agustinus dari National Security memberikan kami pelatihan singkat cara menggunakan APAR yang baik dan benar. Ternyata caranya cukup sederhana. Tapi tetap saja, kalau tidak pernah dipraktekkan, kita akan kesulitan jika kebakaran benar-benar terjadi.
 
Pak Khalid memberikan contoh pada sebuah tabung APAR bersegel.
 
  • Pertama segel dibuka dengan cara memutar pinnya. Setelah kabel tiesnya putus, tarik pin APAR
  • Ambil posisi tidak melawan arah angin. Cara mengetahui arah angin, perhatikan asapnya, jangan berdiri dengan posisi menantang asap. Posisi berdiri sekitar 1,5 m- 3 meter dari api.
  • Angkat APAR, arahkan moncong selang ke arah api
  • Semprot api dengan cara menekan tukil atas alat pemadam
Sosialisasi-Cara-Menggunakan-APAR
Pak Khalid sedang memberikan contoh cara memadamkan api
Setelah mencontohkan, Pak Khalid kemudian mempersilahkan security dan karyawan untuk mencoba mempraktekkan satu persatu, dan semuanya berhasil memadamkan api.

Giliran saya tiba..
 
Tabung yang dipakai teman-teman tadi ternyata hampir habis. Saya kemudian menggunakan tabung yang baru. Karena baru dan masih tersegel, saya jadi bisa mempraktekkan mulai dari membuka segel sampai mengetes isinya. Nah, ketika mencoba mengangkat tabung APAR yang baru itu, saya tidak bisa sama sekali, berat! (padahal di situ tertulis berat cuma 6 kg). Terpaksa saya menggunakan lagi tabung yang hampir habis tadi. Dan akhirnya berhasil juga memadamkan api.
Sosialisasi-Cara-Menggunakan-APAR
Langsung dipraktekkan
 
Seketika saya teringat tragedi kebakaran hutan di belakang rumah tempo hari (baca: Rumah Nyaris Terbakar). Iseng saya tanya Pak Khalid…
 
“Pak, kalau apinya besar bagaimana?”
 
“Kalau api besar, ya KABUR bu”
 
Hahaha
 
Benar juga, untuk apa bertahan di lokasi kebakaran yang apinya besar dengan tabung APAR. Tadi itu saya lupa APAR singkatan dari Alat Pemadam Api Ringan.
 
Parepare, 30 Des 2015
Nur Islah

15 Des 2015

Rihlah dan Silaturahmi di Ladoma

Ahad, tgl 13 Desember 2015 kemarin, saya mengisi hari libur dengan mengikuti acara sehari bersama ukhti-ukhti dari kelompok liqo binaan PKS. Rihlah sekaligus ajang silaturahmi ini diadakan di tempat wisata River Ladoma Eco Resort. Sebuah tempat wisata yang berjarak kurang lebih 5 km dari kota Parepare. Kawasan Ladoma awalnya adalah sebuah lokasi pemancingan, kemudian oleh pemiliknya diubah menjadi kawasan wisata alam yang berkonsep wisata adventure. Di brosur tertulis keterangan bahwa tempat ini dilengkapi fasilitas seperti fliying fox, rental ATV (motor berban empat), fishing (kolam pemancingan), dan café & resto. Tapi karena ikut di gawean orang, saya tidak sempat memastikan ada tidaknya semua fasilitas tersebut. Saya hanya sempat memperhatikan tempat pemancingan, kolam permandian anak-anak, dan café & resto. Insya Allah di lain kesempatan mau ke sana lagi, penasaran juga ingin menelisik hutan kenangannya, sebuah hutan di mana pengunjung bisa menanam pohon sebagai kenangan.
Ladoma-parepare
Bebatuan di sungai Ladoma dan tempat peristirahatan pengunjung

Ladoma-parepare
Fasilitas di kawasan Ladoma
 
 
Peserta rihlah tidak tiba bersamaan, tapi satu persatu rombongan datang. Yang tiba paling akhir adalah rombongan dari Sidrap (kabupaten tetangga) yang memang perjalanan mereka untuk sampai ke lokasi tidak bisa dibilang singkat. Sekitar 60an peserta yang tergabung dalam acara ini. Dan tidak disangka, saya bertemu teman lama di sini. Namanya Ani, kami satu alumni di UNM dulu.
 
Saya mengira, acara akan begitu panjang dan membosankan, sebab acaranya diperkirakan selesai pukul 15.00 sore. Saya harus duduk bersila dari pagi sampe sore? Memikirkannya saja sudah merasa capek. Tapi perkiraan saya keliru, acaranya cukup menyenangkan. Acara dimulai dengan tausiah singkat dari ketua bidang perempuan PKS Parepare, dilanjutkan tausiah oleh bapak ustad Syamsuar Basri, Lc. Pak ustad mengangkat tema pentingnya liqo/tarbiyah untuk kaum perempuan.

Ladoma-parepare
Menyimak wejangan ustad
Pak ustad mengatakan bahwa ibu adalah madrasah pertama anak-anak. Ibu yang mengikuti tarbiyah insya Allah bisa mendidik anaknya dengan baik. Lebih lanjut ustad bercerita bahwa di zaman Rasulullah pun perempuan juga meminta hak yang sama untuk mendapatkan tarbiyah, dan Rasulullah menyetujui. Perempuan tidak boleh dilarang menuntut ilmu, mereka sama berhaknya dengan laki-laki dalam hal menuntut ilmu. Seperti yang sering kita dengar, tidak ada seseorangpun yang sukses tanpa seorang perempuan hebat di belakangnya, diharapkan dengan selalu mengikuti tarbiyah, anak kita bisa menjadi orang yang besar, orang yang sukses dunia akhirat, karena sumbangsih kita sebagai ibu di belakangnya.
 
Tausiah dari ustad, ditutup dengan menjawab dua pertanyaan dari dua orang ukhti, yang semuanya mempertanyakan tentang solusi kesulitan mengikuti tarbiyah, seperti bagaimana sikap kita jika liqo bersamaan dengan waktu kuliah, dan bagaimana menghadapi sulitnya menyetor hapalan tiap pekan.
 
Tentang seringnya liqo bertabrakan waktu kuliah atau waktu kerja, sebenarnya bisa dihindari dengan membuat kesepakatan dari awal dengan kelompok liqonya, diusahakan jam-jam liqo bukan di waktu kuliah, tapi jika memang ternyata karena sesuatu dan lain hal tetap saja tabrakan, yang berhalangan bisa meminta izin kepada murabbinya.
 
Tips bisa menyetor hapalan juga diberikan oleh salah seorang peserta yang setoran hapalannya lancar, tips beliau antara lain:
  • Tidak mendengarkan musik-musik yang kurang bermanfaat dan menggantinya dengan mendengarkan ayat-ayat al quran yang menjadi tugas hapalan  
  • Mencari waktu-waktu yang dirasa bisa fokus menghapal, jika terasa bisa cepat menghapal setelah subuh atau tengah malam, ya menghapallah di waktu tersebut.
  • Kemudahan menghapal berbanding terbalik dengan dosa, jika sering melakukan gibah, atau terlalu sering menonton tontonan yang kurang baik (sinetron, infotaiment), biasanya susah menghapal al quran.
 
Intinya harus mengurangi melakukan hal yang tidak bermanfaat dan berusaha mengganti kegiatan yang kurang bermanfaat itu dengan memperbaiki hapalan.
 
Setelah acara tausiah yang diselingi acara makan snack selesai. Acara dilanjutkan dengan perkenalan peserta. Masing-masing orang memperkenalkan dirinya secara singkat, nama, asal daerah, dan pekerjaan. Di akhir acara perkenalan, tiba-tiba MC menantang dua orang peserta untuk menyebutkan nama 5 orang yang baru dikenalnya hari ini. Menjadi seru, karena seorang ukhti segera mencatat 5 nama orang yang berdiri di dekatnya dan mengacung tangan menyebut nama mereka dengan modal contekan di hp. Geli juga melihat tingkah laku ukhti itu. Tapi usahanya itu membuahkan hasil lho, hadiah yang disediakan panitia berpindah ke tangannya.
 
Acara selanjutnya pembagian kelompok, saya kebagian kelompok dengan orang-orang yang baru saja saya kenal, kami kemudian membuat nama kelompok berdasarkan inisial nama panggilan, akhirnya terbentuklah nama kelompok U-Melodi (Uni, Mia, Eki, Lia, Opi, Daya, dan Islah). Dengan nama U-Melodi itu pulalah tercipta yel-yel yang kami usahakan kompak.
 
Setelah sholat dhuhur dan makan siang, kegiatan persembahan kelompok dimulai. Takjub menyaksikan ukhti-ukhti yang tadinya kalem, bisa berubah begitu jenaka dan lucu. Ada yang yel-yelnya menyanyikan lagu anak-anak, ada juga yang melakukan seruan-seruan kompak disertai gesture yang lucu. Persembahan tiap grup pun lumayan bervariasi, ada yang menyanyikan lagu Arab, drama, puisi, dan stand up comedy. Persembahan stand up comedy ini dipersembahkan oleh grup saya yang kebetulan beranggotakan ukhti Opi yang rame dan humoris. Sayangnya kami tidak menang. Pemenang adalah kelompok yang mempersembahkan puisi "Jilbabku mahkotaku" yang memang cukup menyentuh.
 
Ladoma-parepare
Persembahan masing-masing kelompok
 
Acara kemudian ditutup dengan sesi foto-foto dan salam-salaman. Alhamdulillah, rasanya senang bisa berpartisipasi dalam  rihlah ini, karena selain bisa fun di suasana berbeda, saya juga mendapat banyak saudari baru. Semoga rihlah selanjutnya bertempat di lokasi yang lebih keren, dengan acara yang lebih seru, dan peserta yang lebih banyak lagi. Amin
 
Ladoma-parepare

Ladoma-parepare

Ladoma-parepare
 
 
Parepare, 15 12 2015
Nur Islah

7 Des 2015

La Cingkang

Seekor kucing kami temukan meringkuk di teras rumah, kondisi badannya kucel, kumal, dan kurus. Dia mengeong lapar. Awalnya saya mengira cukup diberi makan, dia pasti akan pergi. Ternyata setelah kenyang, dia tetap saja meringkuk di tempatnya. Diusir berapa kalipun, dia tidak mau pergi, malah sembunyi. Rupanya kucing ini tidak berani meninggalkan halaman rumah, karena seekor kucing besar selalu mengintainya sepanjang waktu. Setiap kali si kucing kecil keluar pagar, dia akan segera dikejar oleh si kucing besar.

Setelah dua tiga kali diberi makan, kucing ini semakin tidak mau pergi. Anak-anak juga sudah terlanjur akrab dengannya. Jadi ya sudahlah, dengan ancaman sekali saja dia buang kotoran di dalam rumah, dia harus angkat kaki. Sebabnya saya mengancam demikian, karena rumah kami dari awal tidak bisa bersih benar, dibersihkan sejam, pecah lagi dalam sekejap, jika ditambah lagi bau pesing kencing kucing, bisa jadi rumah tidak terlihat seperti kapal pecah lagi, tapi bangkai kapal.

Ternyata kucingnya paham juga dengan ancaman itu, sadar diri akan dibuang kalau serampangan buang air, dia malah mengubah pot bunga saya jadi jambangnya…hiks

Jadi begitulah, kucing liar yang kami temukan ketakutan di teras rumah sebulan yang lalu sah menjadi anggota keluarga Pak Idris (geli sendiri pas menulis bagian ini)

Seperti yang saya duga sebelumnya, kucing ini akan menjadi kesayangan anak-anak. Saking sayangnya, saya malah khawatir si kucing yang akan frustasi hidup bersama kami. Kucing diperlakukan layaknya boneka hidup saja. Kucing jadi jarang istirahat, dia digendong, dipeluk, diangkat-angkat, dikejar-kejar, dioper-oper oleh Kakak Naylah dan Adek Rayyan. Saya sering kaget dengan perlakuan dua bocah ini, kadangkala si kucing tiba-tiba mengeong histeris, ternyata Adek sedang mengangkat kucing itu dengan cara mencubit bagian kulitnya saja. Tapi ajaibnya, walau kesakitan kucing itu tidak berani mengcakar Adek.

Walaupun begitu, tidak selalu juga dia terlihat malang. Saya sering melihat si kucing santai di pangkuan Naylah, dia duduk layaknya manusia sambil menonton TV. Dia juga bebas hilir mudik masuk ke dalam rumah. Main dengan anak-anak. Tapi ya tetap dengan peringatan awal, tidak boleh buang air di dalam rumah.

Setelah sebulan hidup bersama si putih ini, dia sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Cuma ada satu sifatnya yang agak menjengkelkan. Karena sifatnya ini saya memanggilnya “La Cingkang”.

Di suku Bugis. Kalau kamu menemukan orang sangat pemilih, disajikan ikan mintanya ayam, disajikan ayam minta daging sapi. Atau dia enggan memakan apa yang dihidangkan, atau lagi dia memang pemilih dalam segala hal, dia merasa tidak layak dengan suatu hal karena merasa lebih mulia, maka dia disebut “macingkang”. Kalau diistilahkan ke dalam bahasa Indonesia, kira-kira maknanya serupa kata “congkak”.

Nah kucing ini congkak luar biasa.

Coba bayangkan, diberi nasi campur tulang ikan, dia memakannya sambil “memancing”. Ikannya dimakan, nasinya dia sisa, setelah itu dia mengeong-ngeong lagi minta tambah. Saya pernah kasih dia kepala ikan, memang sih ikannya dimasak kemarin, rasanya sudah tidak sesegar kemarin, tapi masih bisa dimakan, belum basi benar, eh tidak mau dia makan. Astagafirullah congkaknya.

Dia sangat suka ikan mentah. Waktu pesta La Cingkang adalah saat saya baru tiba dari pasar. Ketika belanjaan diletakkan, ikan-ikan dibersihkan, dia akan mendekat dan memakan semua jeroang ikan, mulai dari usus sampai hati ikan, tidak akan dia sisa sedikitpun. Kucing rumahan yang lain biasanya akan muntah kalo makan jeroang, dia malah senang, sampai ngumpet makan kalo disuguhkan jeroang.

Soal berburu binatang, La Cingkang lumayan jago. Saya pernah mendapatkan tikus mati hasil terkamannya, tapi dasar sifatnya yang cingkang, dia tidak memakan hasil buruannya itu, hanya leher tikus itu saja yang hampir putus. Dia juga sudah pernah membunuh kadal, hanya dicakar-cakarnya saja, setelahnya dia memberikan kami PR membuang bangkai kadal yang dia bunuh.

Setelah mengetahui kecingkangan dia, saya mulai membiasakannya makan nasi. Mau dia makan atau tidak, saya tetap mencampur nasi dan ikan di piringnya. Biasanya dia akan memilih ikannya dulu dan membiarkan nasi tetap di piring. Setelah itu mengeong-ngeong minta tambah lagi. Saya biarkan dia mengeong sampai lelah, akhirnya dia balik lagi ke piringnya.

Dibalik kecingkangannya itu, La Cingkang tetap kami sayang. Soalnya selain penurut, dia cantik ternyata. Ada empat totol hitam unik berjejer di bagian atas badannya. Matanya jernih dan menggemaskan, bulunya juga putih bersih. Ini fotonya sedang dipangku Kakak Naylah, cantik kan?
Kucing-lucu
La Cingkang

Parepare, 07 12 2015
Nur Islah

1 Des 2015

Kejutan Menyenangkan di Bulan November

Kejutan-november

November tahun ini adalah November ceria bagi saya. Dua kejutan menyenangkan tentang kemandirian “Duo tersayang” terjadi di bulan November.

Adek lulus toilet training

Lupa tepatnya kapan, tapi yang pasti di bulan November ini, kalau mau pipis Adek akan teriak “Ma, Adek kencing”. Siapapun orang dewasa di dekat Adek, langsung buru-buru membuka celana Adek, lalu membawanya ke kamar mandi. Beberapa hari kemudian, kalimat Adek kalau mau pipis bertambah “Ma, burung Adek berdiri!” (tolong jangan berpikiran jorok, yang ngomong masih balita xixixi)

Sebuah kejadian lucu soal acara pipis ini…

Adek sudah mengenal bendera Indonesia sejak beberapa bulan yang lalu. Kalau melihat bendera merah putih, baik di TV atau di depan kantor-kantor yang kami lewati saat berkendara, Adek akan menunjuk bendera dengan menyebutnya “Indonesia”. Nah terkait urusan pipis, Adek pernah menunjuk burungnya yang siap pipis, lalu berkata “Ma, Indonesia..Indonesia”. Awalnya saya tidak mengerti, akhirnya setelah paham, meledaklah tawa saya, rupanya Adek menganggap burungnya itu mirip tiang bendera. Maafkan ya teman-teman, bukan maksud hati mau menghina bendera negara kita, tapi saya tidak bisa mengintervensi daya hayal bocah ini.

Dua tiga kali keberhasilan awal, Adek sumringah setiap kali sudah pipis, sambil senyum dia berkata “Adek bisa”. Tapi akhir-akhir ini permintaan pipis berubah menjadi akal-akalan dia supaya tidak segera tidur. Jika seprai sudah diluruskan, bantal sudah dirapikan, lampu kemudian dimatikan, itu pertanda Adek siap ditidurkan. Biasanya Adek akan cari-cari alasan jika dia berada pada kondisi siap di Nina Bobo kan. Alasan yang paling sering dia pakai: minta susu, minta minum, dan minta ditemani boneka beruang. Setelah bisa mandiri kencing di WC, dia menambah perbendaharaan alasannya untuk tidak segera tidur…yaitu minta kencing. Walhasil saya bolak-balik mengantar dia ke WC. Dua-tiga kali tertipu saya capek juga, akhirnya saya tahu cara menjawab trik kecilnya itu. Setiap kali Adek minta kencing, saya akan periksa celananya, akan ketahuan kapan dia benar-benar ingin kencing atau hanya akal-akalan saja. Kalau ketahuan untuk mengulur waktu tidur saja, saya akan menjawab “Adek bobo saja, burung Adek belum berdiri”. Dan berhasil, Adek tidak minta pipis bohongan lagi.

Saya kadang lupa memakaikan popok ke Adek sebelum tidur malam (emaknya tidur duluan). Di pagi hari saya cek, eh ternyata dia tidak ngompol. Bahkan Adek pintar minta kencing di tengah malam, dengan mata setengah terpejam dia digendong ke WC. Setelahnya Adek kembali tidur dengan nyenyak. Walaupun tidak selalu demikian, namanya juga anak-anak dia juga kadangkala ngompol, tapi alhamdulillah kebanyakan seprai masih aman sampai pagi.

Selama bulan November, Adek juga hampir tidak pernah BerCe (Berak Celana) lagi, kecuali sewaktu diare, Adek BerCe seharian. Tapi di keadaan normal, Adek selalu bilang kalau mau buang air besar.

Tak terkira senangnya, padahal adek baru 2 tahun 5 bulan lho. Saya juga tidak pernah betul-betul melatihnya. Tapi memang saya sering bilang “Adek, kalau mau kencing atau berak di kamar mandi ya”. Mungkin kalimat sederhana yang saya sering ulang itu penyebabnya. Ah rasanya beruntung sekali bisa cepat-cepat say good bye sama diapers. Lumayan kan pembeli popoknya bisa dialihkan ke pos belanja yang lain.

Kakak bisa cuci sepatu sendiri

Kakak Naylah tidak terlalu peduli dengan benda-benda miliknya. Sudah tidak terhitung berapa kali saya membelikannya crayon dan pensil warna, sampai-sampai toko Sinar Bone tempat saya beli crayon paham kalau saya masuk tokonya pasti cuma beli crayon yang murah (bukan customer potensial). Kecuali untuk ikut lomba mewarnai, saya memang sengaja beli crayon yang tidak bermerek untuk latihan di rumah, harga Rp.7000 saja. Pasalnya, crayon itu jika sudah berpindah tangan kepada Naylah, kalau tidak patah-patah, ya pasti hilang. Jika membeli yang mahal, saya khawatir saya kapok beli.

Alasan utama crayon cepat rusak, karena Naylah sering lupa menyimpan kembali crayon setelah dia pakai, kalau sudah tergeletak begitu saja di lantai, bisa dipastikan Adeknya akan mengambil alih, melempar crayon itu setinggi-tingginya. Crayon utuh yang baru saja dibeli berubah menjadi patahan-patahan dalam sekejap. Karena itu saya pelan-pelan mengajari Naylah untuk mandiri, selalu menyimpan barangnya setiap kali sudah dipakai. Tapi sampai sekarang hal itu masih jadi PR besar, Naylah masih saja lupa kalau tidak diingatkan.

Di bulan November ini, rasanya takjub melihat Naylah mau dan konsisten mencuci sendiri sepatunya setiap hari minggu. Sebelum mandi, dia akan membawa sepatunya ke kamar mandi, mengambil sabun colek dan sikat. Waktu mencuci sepatu pertama kali, saya hanya menunjukkan caranya, kemudian membiarkan dia melanjutkan sampai selesai. Minggu berikutnya Naylah bisa mencuci sendiri tanpa diawasi, saya cuma membantu dia menjemur sepatu di tempat yang agak tinggi, supaya bisa terkena sinar matahari langsung. Hasilnya bagaimana? Lumayan bersih menurutku. Walaupun tentu saja tidak sebersih kalau dicuci orang dewasa.

****
Amboi...november kali ini terasa lebih menyenangkan.

Parepare, 30 11 2015
Nur Islah